
WARTAEVENT.com – Makassar.Perkembangan pesat sektor digital menumbuhkan peluang baru lewat kreativitas pembuatan konten. Salah satunya adalah konten mengenai potensi dan ragam budaya yang ada di Indonesia. Namun, upaya mengasah kreativitas di ruang digital membutuhkan etika tersendiri.
Demikian yang menjadi benang merah dalam webinar berjudul “Tingkatkan Kreativitas Masyarakat di Era Digital”, Jumat (30/9), di Makassar, Sulawesi Selatan. Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini menghadirkan narasumber Kepala Divisi Kreatif Siberkreasi Abi Satria; dosen, praktisi komunikasi, dan Bendahara RTIK Surabaya, Jawa Timur, E Rizky Wulandari; serta Jawara Internet Sehat 2022 Provinsi Sulawesi Selatan Dwi Suprayogi.
Baca Juga :
Dalam paparannya, Abi Satria menyampaikan bahwa Indonesia dikaruniai keragaman budaya yang dapat ditunjukkan kepada dunia. Hal itu bisa dilakukan lewat digitalisasi budaya untuk melestarikan budaya dengan kolaborasi kekayaan budaya yang ada. Selain itu, digitalisasi budaya dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas.
“Jenis-jenis budaya ada yang berwujud dan yang tak berwujud. Yang berwujud antara lain mainan, perlengkapan rumah tangga, instrumen musik, kegiatan olahraga, seni kriya, seni tari, permainan tradisional, dan sebagainya. Adapuan budaya yang tak berwujud adalah musik dan lagu daerah, dialek, pola perilaku, kegiatan supranatural, dan sebagainya,” tuturnya.
Baca Juga : Ini yang Dibutuhkan dalam Digitalisasi Pendidikan, Cakap Digital Itu Penting
Abi menambahkan, pelestarian seni, budaya, dan bahasa di ruang digital dapat dilakukan lewat sejumlah cara. Cara tersebut, antara lain melalui partisipasi seni budaya tradisional maupun kontemporer, kolaborasi budaya visual, serta menyebarkan informasi budaya melalui berbagai kanal yang ada. Salah satu cara mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia adalah lewat medium digital, seperti media sosial.
Untuk meningkatkan kreativitas lewat kanal digital, menurut E Rizky Wulandari, bisa dimulai sejak dini. Beberapa di antaranya adalah mengajak anak berpikir kritis, ciptakan situasi yang kondusif bagi anak untuk belajar secara mandiri, memberi apresiasi kepada anak agar terus termotivasi, serta mengajak anak berkreasi sembari bermain.
Baca Juga : Pahami Strategi Pengembangan Bisnis Secara Digital Agar Bisnis Kian Optimal
“Saat ini marak istilah content creator (pembuat konten), yaitu menciptakan karya berupa foto, video, tulisan, atau gabungannya. Namun, pembuatan konten tersebut harus memiliki keahlian dalam hal pengambilan gambar, teknik fotografi, serta promosi di media sosial,” ungkapnya.
Sementara itu, menurut Dwi Suprayogi, dalam mengoptimalkan media digital, seperti membuat konten di media sosial untuk mengasah kreativitas, dibutuhkan etika tersendiri. Sebab, problem konten yang banyak beredar di media sosial saat ini dipenuhi dengan hoaks, bernuansa SARA, mengandung ujaran kebencian, serta berpotensi terjadi kejahatan siber.
“Kreativitas di ruang digital boleh dan sah-sah saja. Namun, dibutuhkan etika digital sebagai pedoman bagi individu dalam melakukan interaksi sosial di platform digital. Etika digital akan membentuk kesadaran, tanggung jawab, integritas, dan penghormatan terhadap nilai kebaikan dalam pemanfaatan media digital,” ujarnya.
Baca Juga : Kejahatan Siber Merajalela, Berikut Tips Menghindari Agar Tak Kena Phising
Dwi menambahkan, agar pembuatan konten berfaedah dan beretika, ada empat hal yang harus dipenuhi. Keempat hal tersebut adalah konten harus berkualitas dan informatif; konten harus bermanfaat; ada unsur kedetailan konten; serta konten yang dibuat haruslah unik. Sementara itu, etika yang dibutuhkan dalam konten adalah tidak terlalu mengumbar informasi pribadi, menghargai hasil karya orang lain, menggunakan bahasa yang sopan, serta menghindari ujaran kebencian dan hoaks.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Baca Juga : Ajarkan Anak Generasi Alfa Tentang Etika di Dunia Digital
Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
- Editor Fatkhurrohim