Travel

Menjual Medali dan Pin Emas Demi Membangun Taman Eden 100

WARTAEVENT.com – Toba.  Pria bernama lengkap Marandus Sirait kini tak menyangka jika Taman Eden 100 yang ia bangun pada tahun 1999 bakal menjadi salah satu destinasi favorit di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. 

Padahal kala membangun Taman Eden yang ada dibenaknya hanyalah melestarikan bumi sebagaimana perintah Tuhan ke para Nabinya. Dan sudah menjadi kewajiban manusia untuk menjaga dan melestarikan bumi.

Baca Juga : 3 Cara Kemenparekraf Ajak Generasi Millennial Mempromosikan dan Berwisata Kembali ke Danau Toba

Founder Taman Eden 100 ini saat menerima bantuan perlengkapan protocol kesehatan berbasis Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk destinasi wisata mengatakan, taman ini dibangun dari hasil penjualan alat musik dan medali emas.

“Saya tidak pernah menghitung modalnya. Seluruh yang saya miliki seperti perlengkapan alat musik, medali emas dari UGM Award seberat 20 gram dan Pin Emas dari Kementerian ESDM saya curahkan untuk membangun destinasi ini,” ungkap Marandus Sirait.

Terapkan CHSE

Taman Eden 100 ini telah menerapkan praktik protokol kesehatan 3M.

Semenjak pandemi Covid-19, Taman Eden 100 yang memiliki luas 55 hektare ini merasakan dampaknya. Dulu, setelah Bandara Silangit menjadi penerbangan internasional dan bekerja sama dengan Badan Otorita Danau Toba (BODT) banyak wisatawan dari Eropa, Singapura dan Malaysia yang berkunjung ke sini.

Baca Juga : Gairah Berwisata ke Danau Toba Menurun, Ini Upaya Pemerintah Sumatera Utara

“Sebelum Covid-19 jumlah kunjungan wisatawan mencapai 100 orang per bulan. Dan 15 persennya adalah wisatawan nusantara. Namun ketika ada pandemi hingga sekarang wisatawan yang dating baru tingkat lokal,” urainya.

Untuk itu, Marandus Sirait pun menegaskan bahwa destinasi Taman Eden 100 ini telah menerapkan praktik protokol kesehatan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Semenjak ada pandemi Taman Eden 100 melakukan pembatasan jumlah, hanya 30 per hari.

Sekarang, setiap wisatawan yang berkunjung selain harus mematuhi 3M harus diukur suhu tubuhnya terlebih dahulu baru setelah dapat mengeksplorasi kawasan yang berbatasan dengan hutan negara seperti trekking, mendaki bukit, air terjun, goa kelalawar dan meneliti berbagai jenis tanaman dan camping ground.

Baca Juga : Cerita Dibalik Sepeda Ontel Hingga Mobil Anti Peluru Sang Jenderal

Untuk berkunjung ke Taman Eden 100—yang memiliki 100 tanaman berbuah ini wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp15 ribu.

“Semenjak ada pandemi kami pun melakukan pembatasan jumlah wisatawan. Setiap harinya kami hanya menerima cuma 30 orang,” pungkas Marandus. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *