Menparekraf: Event Grebeg Sudiro Diharapkan Naik Kelas Jadi Event Nasional
Menparekraf juga mengarahkan agar event Grebeg Sudiro ini dapat dikembangkan melalui platform digital. “Saya ingin strategi storynomicnya dikembangkan dan didokumentasikan dalam bentuk digital sehingga event ini bisa menjadi contoh event-event lain di Indonesia,” tambahnya.
‘Grebeg’ dalam tradisi Jawa, merujuk pada perayaan rutin dan ucapan syukur untuk memperingati peristiwa penting. Sementara ‘Sudiro’ diambil dari Kampung Sudiroprajan di sekitar Pasar Gede.
Baca Juga : Tahun Ini, Peluncuran KEN Ditandai dengan Parade Festival Seni dan Budaya
Tradisi ini awalnya untuk memperingati ulang tahun Pasar Gede Hardjonagoro yang digagas oleh warga etnis Tionghoa dan Jawa di Kampung Sudiroprajan.
Dengan semangat kebhinekaan, Pemerintah Kota Solo mendukung Grebeg Sudiro sebagai perayaan tahunan. Grebeg Sudiro melibatkan dua kegiatan utama, yakni sedekah bumi dan kirab budaya. Sedekah bumi mengekspresikan rasa syukur pedagang Pasar Gede dan masyarakat sekitar.
Baca Juga : Lestarikan Tradisi Sunda, Titimangsa Gelar Seni Tradisi ‘Sukabumi 1980’
Sementara kirab budaya melibatkan kebersamaan dua etnis, Tionghoa dan Jawa, dengan menampilkan tarian khas Jawa, serta pertunjukan Liong dan Barongsai. Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, dikenal sebagai Kampung Pecinan karena dihuni banyak etnis Tionghoa. (*)
- Editor : Fatkhurrohim
- Photo : Birkom : Kemenparekraf