Ekonomi

Meraih Peluang Bisnis di Era Kebijakan Tarif Trump

  • 16-23 April 2025: Presiden mengutus delegasi RI ke AS (dipimpin oleh Menko Ekonomi bersama Wamenkeu, Wakil Ketua DEN) untuk melakukan negosiasi, dan telah bertemu dengan US Trade Representative, Secretary of Commerce, Secretary of Treasury, dan Director of National Economic Council. Kunjungan ini direspon positif oleh pemerintah AS.
  • Tindak Lanjut Negosiasi, Pemerintah AS menugaskan USTR sebagai ketua negosiator dalam perundingan dengan Indonesia untuk melakukan pertemuan di tingkat teknis.
  • Negosiasi akan dilanjutkan untuk menyepakati format, mekanisme dan jadwal dengan target waktu 60 hari dimana lebih awal dari tenggat waktu penundaan kebijakan tarif 90 hari. Selain itu, pembahasan teknis secara detail dan pembahasan draft awal perjanjian juga dilakukan dengan target dalam dua minggu.
  • Indonesia perlu melihat comparative advantage dari kenaikan tariff ini. Peluang RI untuk take over tariff cukup besar. Mengingat Vietnam dikenakan tariff lebih tinggi (46%) sedangkan Indonesia (32%), dan Thailand 36%. Komoditas RI yang terdampak adalah tekstil, alas kaki dan elektronik. Namun Indonesia mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor komoditas penting lainnya, yaitu: emas batangan, dan energi.
  • Indonesia memiliki peluang besar dalam sektor baterai kendaraan listrik (EV). Dengan dukungan hilirisasi dan potensi sumber daya, sektor ini bisa menjadi pintu masuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global yang terdampak perang tarif.

Pembicara berikutnya, Benny Sutrisno selaku Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia menyatakan hal-hal sebagai berikut:

Ilustrasi/Foto.Istiewa
  1. Perang tarif antara Amerika Serikat dengan China sudah menurunkan besaran tarif, tapi belum tahu kapan selesainya. Dalam situasi ini, koordinasi lintas lembaga seperti Kementerian Investasi dan para duta besar menjadi sangat krusial. Mereka berperan dalam diplomasi untuk mempercepat penurunan tarif serta menjembatani kerja sama antara pengusaha lokal dan mitra internasional.
  2. Pemerintah Indonesia diharapkan mengambil langkah aktif untuk menyeimbangkan perdagangan dengan Amerika Serikat. Salah satu strategi yang diusulkan adalah peningkatan impor dari AS untuk produk-produk strategis seperti gas, minyak bumi, dan gandum. Penyesuaian ini tak hanya untuk menjaga relasi bilateral, tetapi juga memberi sinyal positif dalam menjaga stabilitas neraca perdagangan dan memperluas porto-folio komoditas secara taktis.

  3. Dalam era kebijakan proteksionis seperti saat ini, mengandalkan satu pasar ekspor adalah pendekatan yang berisiko tinggi. Diversifikasi pasar menjadi kunci untuk mempertahankan volume ekspor dan membuka peluang baru. Untuk pelaku usaha skala kecil dan menengah, bergabung dengan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) dapat menjadi langkah strategis. GPEI yang telah memiliki jaringan di berbagai daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur siap membantu dalam proses edukasi, fasilitasi ekspor, serta pencarian buyer. Sementara itu, bagi perusahaan besar yang sudah mapan, langkah diversifikasi bisa langsung dieksekusi dengan mengandalkan sumber daya internal dan jejaring global.

Dalam sesi diskusi banyak pandangan yang beragam utamanya terhadap langkah yang dilakukan Pemerintah. Bagas Hapsoro dari Indonesian Council on World Affairs (ICWA) menyatakan bahwa Indonesia harus memanfaatkan posisinya di level regional dan multilateral.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *