Merajut Keindahan Benang Nusantara
Warta Event – Jakarta. Tenun, tidak hanya terkenal di negeri kita sendiri. Kemahsyuran tenun hingga ke belahan dunia lain. Ini dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah kain tenun asal Sumba menjadi koleksi sejumlah museum di Belanda, Australia, Bassel, dan Amerika Serikat serta kolektor.
Artinya, betapa besarnya potensi untuk memperkenalkan Indonesia dari selembar kain tenun. Kenyataan itu baru didapat dari satu daerah saja, Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Padahal Indonesia disetiap pulau besar memiliki tenun. Karakteristiknya pun berbeda-beda.
Tidak hanya karakteristik, untuk menjadikan selembar kain tenun pun teknik pembuatannya berbeda-beda. Begitupun dengan benang yang digunakan untuk dirajut. Bahkan warna dan motif tenun pun dapat menjadi pembeda dan memiliki ciri khas kedaerahan.
Tenun sendiri adalah teknik dalam pembuatan kain dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Tenun yang bagian benang vertikalnya disebut benang lungsi, sementara tenun yang bagian benang horizontalnya diikat disebut benang pakan.
Namun, tidak semua motif tenun dibuat dengan teknik ikat tersebut, seperti songket yang ditenun dengan tangan menggunakan benang emas dan perak. Kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra, dan lainnya.
Oleh karena keunikan, keragamam dan karakteristik tenun yang mewakili daerah di Indonesia ini maka wajar, jika para kolektor tenun maupun museum dari berbagai negara berhasrat menjadikan barang simpanan yang paling berharga.
Khofifah Indah Parawansa, Menteri Sosial RI, adalah salah satu dari sekian kolektor kain tenun di dunia. Ia mengungkapkan, dalam setiap kunjungannya ke daerah di Indonesia selalu menyempatkan diri untuk mengunjung perajin Tenun. Dan, setiap ada kesempatan pun ia mempromosikan tenun-tenun asal daerah ke luar negeri.
“Saya paling suka tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Dan tenun Indonesia sangat beragam. Untuk itu dalam setiap kesempatan saya selalu mempromosikan kain tenun asal NTT baik di dalam maupun luar negeri. Kain tenun hand made perlu dilestarikan karena ini kekayaan Indonesia,” ujar Khofifah, di kediamannya, di Surabaya belum lama ini.
Sementara itu, Lidya, traveller backpacker asal Jakarta, yang belum lama ini habis mengunjungi destinasi Indonesia Timur, menceritakan, bahwasannya dari selembar kain tenun dari berbagai daerah dapat menggambarkan betapa indahnya Indonesia dalam suatu rajutan benang.
“Dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, NTB memiliki tenun. Motif, warna, benang, cara merajutnya berbeda-beda. Justru dari situ, kita dapat melihat kekayaan Indonesia yang tak ternilai,” ucap Lidya.
Untuk diketahui, di Pulau Sumatera ada enam provinsi penghasil tenun, Nangro Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Palembang dan terakhir Lamoung. Di Pulau Sumatera, tenun dinamakan juga songket, ulos, dan tapis.
Tenun Aceh, memiliki kecenderungan warna yang gemerlap, warna, corak dan berkilau emas. Untuk menemukan tenun Aceh ini ada di Aceh Besar, Selatan, Pidie, dan Aceh Barat. Kemudian motifnya yang terkenal adalah Bungong yang memuat petikan ayat suci Al Quran.
Di Sumatera Utara tenun disebut sebagai Ulos. Disetiap Kabuoaten di Sumatera Utara memiliki ulos dan corak yang berbeda-beda. Peruntukannya pun ada yang buat adat, sukacita hingga kematian. Warna ulos rata-rata netral, hitam, cokelat dan warna-warna cerah.
Pulau Jawa pun punya tenun. Mulai dari Banten ada tenun Badui, Jawa Barat ada tenun Garut dan Sukabumi, Jawa Tengah ada tenun ikat Troso dari Jepara, kemudian Jawa Timur ada tenun Gedog Tuban, dan terakhir Solo dan Yogyakarta memounyai Lurik. Lurik, dulu dikenal sebagai jenis kain murah dan jadi elemen pelengkap. Motif garis klasik dalam warna solid menjadi ciri khasnya.
Dari pulau Dewata, Bali, ada tenun ikat endek.Motifnya beragam dan dianggap sakral. Motif patra dan encak saji bersifat sakral dan untuk upacara keagamaan. Ada juga tenun gringsing. Jenis kain tenun yang khas karena menggunakan teknik ikat ganda dari desa Tenganan Bali.
Kain tenun yang tak kalah menarik adalah kain tenun Toraja, Sulawesi Selatan. Tenun Toraja, merupakan Simbol keterikatan manusia dengan alam dan lingkungannya Kain Ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam budaya masyarakat Toraja . Kain tenun memegang peranan penting dalam berbagai upacara adat, sekaligus simbol kemakmuran dan kejayaan.
Proses pembuatan kain tenun Toraja, dimulai dari benang sampai kain. Benang dipintal berbentuk serat. Serat-serat ini terdiri dari dua jenis yaitu berupa kapas dan ada yang berupa serat nanas. Karena serat nanas sudah langka, maka yang digunakan saat ini adalah serat kapas.
Ke Indonesia Timur, ada tenun dari NTB dan NTT. Dari Nusa Tenggara Barat, ada Lombok, Bima dan Sasak. Daerah tersebut merupakan penghasil tenun dengan motif ternama, seperti garis-garis loreng, segitiga zigzag, kembang segienam dan kotak-kotak.
Kemudian di NTT daerah penghasil tenun diantaranya Sumba, Ende, Manggarai, dan Alor. Tenun menjadi bagian dari keseharian masyarakat tersebut. Motifnya beragam tergantung daerah masing-masing. Di Ende Flores, misalnya motif populer yakni belah ketupat dan segitiga.
Begitu banyak rajut benang dari selembar kain tenun nusantara yang mampu melukiskan karakteristik dan kearifan lokal penduduk setempat. Dari setiap helai rajutan benang mampu mengurai betapa Indonesia penuh pesona. [Fatkhurrohim]