Milenial Hadapi Tantangan Kecanduan Internet
WARTAEVENT.COM, Kab. Tulungagung – Bangsa Indonesia menghadapi beragam tantangan di era digital. Salah satu tantangan yakni kecandungan internet pada milenial.
“Kecanduan Internet, ini mengkhawatirkan, kalau dilihat dari data penetrasi pengguna internet di Indonesia menunjukkan grafik paling tinggi sebesar 85,4 persen ada pada generasi milenial berumur 17-25 tahun,” kata Nadia Roosmalita Sari, Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (09/11/2021).
Menurut dia, kecanduan internet menjadi tantangan lantaran konten yang diakses milenial melemahkan karakter dan kepribadian mereka. Generasi umur 17-25 tahun lebih memprioritaskan fitur games, browsing, sosial media, dan pesan elektronik dalam internet.
Lanjutnya, generasi milenial mengganti fokus ketika berselancar di dunia maya. Yakni, dengan memulai kesadaran membangun karakter bangsa.
“Revitalisasi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang telah berakar kuat dan menjadi penopang berdirinya bangsa ini harus menjadi basis utama pembentukan karakter bangsa,” ujarnya.
Ia menerangkan, milenial harusnya mampu memanfaatkan media sosial dalam mempertahankan karakter bangsa melalui revitalisasi nilai budaya. Ada nilai bela negara yang hilang di tengah era digital. Era digital bisa menjadi momentum meningkatkan literasi bela negara dan menanamkan nilai Pancasila.
“Bela Negara memberikan kontribusi signifikan dalam membangun moralitas dan karakter generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman,” kata dia.
Presiden Joko Widodo saat membuka program literasi digital nasional, menerangkan, tantangan di ruang digital semakin besar, konten-konten negatif terus bermunculan dan kejahatan di ruang digital terus meningkat.
“Menjadi kewajiban kita bersama untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat melalui literasi digital,” ujarnya
Presiden pun mencontohkan konten-konten negatif yang marak muncul di ruang digital, seperti hoaks, penipuan daring, perjudian daring, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian, hingga radikalisme berbasis digital.
Hal-hal itu perlu diwaspadai karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. “Dengan literasi digital kita minimalkan konten negatif dan membanjiri ruang digital dengan konten positif,” ujarnya.
Literasi digital merupakan pekerjaan besar, sehingga pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Pemerintah perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat melek digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (09/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Joko Ibrahim (Ketua Forum BUMDesa Kabupaten Tulungagung), Richard Paulana (COO TMP Event), Lucia Palupi (Marketing Energi Event dan Co & Diving Instructor Padi Internasional), dan Shinta Putri (Owner of Dapur Mama Lilis & Youtuber) sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.