Site icon WARTAEVENT.COM

MYCL Merilis Produk Fashion dari Bahan Jamur di Paris Fashion Week

WARTAEVENT.com – Paris. Mycotech Lab  (MYCL) sebuah wirausaha sosial asal Indonesia yang didirikan pada tahun 2015 dengan fokus untuk menciptakan dampak sosial yang positif. 

Wirausaha sosial ini menciptakan bahan bangunan dan produk dari bagian vegetatif seperti benang dari jamur yang dikenal sebagai miselium.

Berangkat dari kekhawatiran terhadap banyaknya limbah jamur tiram yang dibakar karena tak terpakai, MYCL memanfaatkan sisa limbah tersebut sehingga tidak ada sisa makanan yang terbuang. 

Baca Juga : 3 Fashion Designer Perempuan Indonesia yang Mampu Menembus Dunia Internasional

Pada Paris Fashion Week di bulan Juni lalu, MYCL bekerja sama dengan Doublet, sebuah merek fashion streetwear terkemuka asal Jepang meluncurkan koleksi berbahan dasar MyleaTM yang dikembangkan oleh MYCL. 

Doublet mengganti kulit dalam koleksi fashion ini dengan MyleaTM, bahan mirip kulit yang terbuat dari miselium jamur yang ditanam oleh perusahaan Biomaterial MYCL. 

Dibandingkan dengan kulit, MyleaTM dapat tumbuh menjadi bahan seperti kulit dengan waktu yang lebih singkat dan konsumsi air yang lebih sedikit. Selain itu, MyleaTM mengemisi karbon yang jauh lebih sedikit dan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya atau logam berat dalam proses pembuatannya. 

Koleksi Spring Summer

Hal tersebut meminimalisir risiko berbahaya, tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi kesehatan manusia, dan yang terpenting tidak ada hewan yang dirugikan selama proses tersebut.

Dengan konsep Spring Summer 2022 collection (SS22), MYCL dan Doublet ingin mengajak masyarakat untuk berani menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan yang lebih baik dengan merasa percaya diri akan selera fashion mereka terlepas dari stereotype yang ada saat ini. 

Baca Juga : 3 Brand Fashion Lokal Menggunakan Wastra Nusantara

MYCL percaya bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan mulai menggunakan alternatif yang berkelanjutan, seperti beralih dari kulit hewani ke serat jamur.

Dengan sistem pengolahan yang mirip dengan tempe, MYCL mengikat miselium dengan limbah pertanian seperti sekam jagung dan serpihan kayu, lalu menumbuhkannya menjadi bahan yang disebut MyleaTM. 

Bahan ini tahan api, tahan air dan fleksibel, bahkan dapat diubah menjadi berbagai kreasi kulit imitasi eksperimental.

Baca Juga : 3 Prediksi Tren Fashion Tahun Ini Untuk Penampilan yang Lebih Segar

Berbekal misi untuk mengungkap dampak industri kulit tradisional bagi bumi, MYCL selanjutnya memasarkan teknologi mereka ke bisnis lain di industri konstruksi dan mode. 

Co-Founder MYCL, Ronaldiaz, mengatakan, Penerapan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan bukanlah sebuah tren, melainkan sebuah kebutuhan. Bukan bumi yang membutuhkan kita, tapi kita membutuhkan bumi. 

“Dengan MYCL, kami mencoba menyelamatkan bumi dengan menawarkan alternatif yang berkelanjutan melalui penggunaan serat jamur sebagai pengganti kulit hewani. Kami senang misi keberlanjutan lingkungan,” tambahnya. [*]

Exit mobile version