Naiknya Antusiasme Mahasiswa Terhadap ASEAN
WARTAEVENT.com – Jakarta. Kelompok diskusi Interpelago, sebuah study group mahasiswa jurusan hubungan internasional di Jakarta telah menyelenggarakan webinar mengenai ”Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023”.
Kegiatan yang diselenggarakan pada (09/02/2023) tersebut menghadirkan dua narasumber; Bagas Hapsoro, Deputi Sekjen ASEAN periode 2009-2012 dan Carolina Tinangon, Sekretaris Ditjen Kerjasama ASEAN, Kemenlu RI.
Baca Juga : Catatan dari Travex untuk Kemenparekraf: Buyers dan Sellers Mengeluh
Koordinator Interpelago, Ali Naufal dalam sambutannya menyatakan, bahwa pengetahuan mengenai hubungan internasional baik global maupun regional sangat berguna bagi mahasiswa, peneliti dan akademisi.
Salah satu program Interpelago adalah pengembangan kemampuan anggota internalnya. Oleh karena itu, kegiatan berupa diskusi ASEAN sangat diperlukan bagi mahasiswa jurusan hubungan internasional dan ilmu politik.
Interpelago berharap, nantinya para mahasiswa baru memiliki informasi dan pengetahuan yang dapat menambah wawasan mereka dalam dunia perkuliahannya.
Bagas Hapsoro, nara sumber pertama menjelaskan, mengenai pentingnya keberadaan ASEAN. Organisasi regional ini memiliki mekanisme dan jenjang yang panjang dimana semua pemimpin dari level daerah sampai nasional dilibatkan dalam pengambilan keputusannya.
Baca Juga : Setelah Indonesia, Laos Menjadi Tuan Rumah ASEAN Tourism Forum Tahun Depan
Dengan demikian rasa kepemilikan (”we feeling”) semua pihak diutamakan sebagaimana diamanatkan oleh Piagam ASEAN. Kerja sama ASEAN dengan PBB dan organisasi regional lainnya sangat erat.
Kerja sama ini menyangkut pembangunan komunitas, isu-isu pembangunan, UN Sustainable Development Goals, pengelolaan bencana, isu-isu lintas batas negara, perdagangan, investasi, perdamaian dan keamanan.
”Sampai saat ini semakin banyak negara dan badan-badan yang menginginkan kerjasama dan kemitraan dengan ASEAN. Pertumbuhan ekonomi ASEAN paling tinggi dibandingkan organisasi regional manapun di dunia,” ujar Bagas.
Dijelaskan lebih lanjut, selama bekerja di ASEAN Sekretariat dapat melihat dan mendengar langsung pandangan negara lain terhadap peran aktif Indonesia.
Baca Juga : Menjadikan Episentrum Pertumbuhan Ekonomi Global, Ini Peran Pariwisata ASEAN
Komentar positif ini tidak saja berasal dari negara anggota ASEAN lainnya, tetapi juga mitra dialog ASEAN yang memiliki pengaruh besar dalam perdamaian dan keamanan internasional.
Nara sumber kedua, Carolina Tinangon (Sesditjen KS ASEAN) mengawali presentasinya dengan tema ASEAN serta key deliverables. Dijelaskan bahwa tema kepemimpinan Indonesia di ASEAN adalah “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Sedangkan key deliverables adalah “Memperkuat Kapasitas dan Efektifitas ASEAN menjawab tantangan ke depan”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa penguatan kapasitas dan efektifitas ASEAN dilakukan dalam 4 tugas pokok penting yaitu: (1). Mempersiapkan Visi Masyarakat ASEAN Tahun 2045, (2).
Penguatan peran ASEAN premises di Jakarta, (3). Kerja Sama ASEAN menangani kejahatan lintas batas (TPPO) dan (4). Penguatan kelembagaan HAM Kawasan (ASEAN Human Rights Dialogue).
Baca Juga : ASEAN Plus Three, Momentum Perkuat Kembangkan Pariwisata di Kawasan Asia Timur Laut
Carolina juga menjelaskan, setelah menerima tongkat estafet Keketuaan ASEAN dari Kamboja pada (13/11/2022) lalu, Indonesia telah melakukan berbagai persiapan untuk menjalankan keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023.
Keketuaan Indonesia dimulai pada 1 Januari hingga 31 Desember 2023. Dengan demikian untuk menjalankan keketuaan dengan agenda yang besar tersebut Indonesia telah mengidentifikasikan 747 kegiatan untuk tahun ini. Antara lain terdiri dari 670 persidangan, 77 non-persidangan, 328 dilakukan di Indonesia dan 50 kegiatan di Sekretariat ASEAN.
Antusiasme Mahasiswa selama Diskusi
Saat diskusi terjadi banyak peserta yang memohon keterangan lebih lanjut tentang fungsi pilar ASEAN, politik dan keamanan, ekonomi dan sosial budaya. Hal lain yang menjadi perhatian mahasiswa adalah substansi yang menjadi tanggung jawab Indonesia serta sentralitas ASEAN.
Kedua nara sumber menegaskan sentralitas ASEAN adalah prinsip penting. Dalam perjalanan sejarahnya, ASEAN tidak bisa didekte oleh pihak lain.
Baca Juga : Kepemimpinan Indonesia Pada ASEAN 2023
Sebagai contoh pada tahun 2012 Indonesia secara aktif terlibat dalam setiap perundingan-perundingan konflik Laut Tiongkok Selatan kemudian melakukan solusi setelah melakukan diplomasi ulang alik (shuttle diplomacy).
Sebagaimana diketahui Tiongkok menjadi aktor utama yang memicu konflik di wilayah ini dengan mengeluarkan klaim bersifat provokatif, the 9 dash line yang jauh melebihi batas-batas wilayah laut sebuah negara yang telah disepakati oleh dunia internasional dalam perjanjian hukum laut UNCLOS pada tahun 1982.
Namun solusi yang dilakukan oleh Indonesia pada tahun 2012 dinilai berhasil dengan disetujuinya six point principles on the South China Sea 2 hari setelah oleh negara-negara yang sebelumnya berbeda pendapat.
Prinsip sentralitas ini juga terdapat dalam konsep ASEAN Outlook on Indo-Pacific. ASEAN Indo-Pasifik (AOIP) adalah salah satu bentuk kerja sama dalam meningkatkan rasa saling percaya melalui kultur dialog hingga terbentuknya kepercayaan strategis.
Baca Juga : ASEAN SPOT: 2030 SDG Goals, Where Are We Now?
AOIP menekankan pentingnya kerja sama inklusif ketimbang rivalitas. Dalam hal ini, ASEAN berprinsip bahwa semua pihak harus mampu mengelola situasi dengan menghormati prinsip-prinsip dasar dan hukum internasional serta menjaga hubungan baik dengan semua pihak.
Bahkan tahun ini Indonesia akan menyelenggarakan flagship events selama keketuaannya di ASEAN, yaitu ASEAN Indo-Pacific Forum dengan focus pada beberapa kegiatan, yaitu: creative economy, youth conference on digital economy for SDGs, infrastructure forum, and business and investment summit.
Dalam diskusi yang dipimpin oleh moderator Nayla Tsabita terangkum bahwa kiprah ASEAN tidak bisa dilepaskan dengan peran aktif Indonesia. Kepemimpinan Indonesia tersebut adalah sesuai dengan prinsip politik bebas-aktif sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
Terkait tema ASEAN tahun ini “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, para mahasiswa sepaham bahwa Indonesia akan mendapatkan manfaat besar dengan keketuaan ini.
Baca Juga : Indonesia dan Kepemimpinan di ASEAN
Bidang ekonomi harus mendapatkan porsi baik dalam memprioritaskan deliverable keketuaan. Antara lain adalah pariwisata, hal ini terlihat dari penciptaan lapangan kerja. Hal lain adalah sektor energi dimana sumber energi baru dan terbarukan menjadikan Indonesia menjadi incaran investor negara besar.
Diskusi juga sepakat mengenai perlunya outreach dan kolaborasi terus-menerus antar pemangku kepentingan di Tanah Air (kementerian/lembaga, pemda, akademisi, dan swasta) agar hasilnya dapat optimal. Disini dibutuhkan kreativitas dari semua para stakeholders.
Webinar yang diselenggarakan oleh Interpelago ini merupakan salah satu program yang ditujukan untuk memberikan pemahaman dan perspektif yang luas mengenai topik dan isu-isu penting yang tengah dibahas dalam isu internasional secara online.
Baca Juga : 15th ASEAN Health Ministers Meeting : ASEAN Akui Sertifikat Vaksinasi Covid-19
Narasumber mengkaji dan menyampaikan presentasi materi kemudian diikuti oleh diskusi dan pertanyaan dari peserta. Webinar semacam ini seringkali menjadi platform yang efektif untuk menjangkau peserta dalam berbagi informasi secara efisien dan interaktif. [*]
- Editor : Fatkhurrohim