New Normal : Ekosistem Musik Butuh Perhatian Serius Pemerintah
Wartaevent com, Jakarta- Industri musik menjadi sektor yang babak belur dihantam wabah pandemi Covid-19. Sederet aturan pembatasan fisik membuat orang tak bisa menikmati berbagai aktivitas pertunjukkan musik. Alhasil, industri musik mati “Suri”, tak bergerak sama sekali.
Tak salah jika Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya Sie Musik Film dan Lifestyle menggelar diskusi bertema ” Recovery Industri Hiburan di Era New Normal”. Kegiatan ini menurut Ketua PWI Jaya Sie Musik Film dan Lifestyle, Iris Riswoyo sebagai ruang kebangkitan industri hiburan meski pandemi belum usai. Sekaligus menangkap kegelisahan para pelaku Industri hiburan di masa Adaptasi Kebiasaan Baru.
Dampak covid-19 dirasakan oleh Agi Sugianto, yang memproduseri artis Trio Macan dan T-Vive ini mengaku bahwa selama pandemi ini dirinya mengalami kerugian yang cukup besar. hal ini dikarenakan kegitan manggung (off air) tidak ada.
”Hitung saja, jika Trio Macan sekali manggung dibayar 70 juta, dalam sebulan katakanlah 4 kali, maka jika dihitung dari bulan maret sampai sekarang sudah berapa juta ratus juta kerugiannya,” jelas Agi ketika memberi paparan diskusi , Jambuluwuk Convention Hall & Resort Puncak Ciawi, 22 Agustus 2020.
Penghasilan utama artis saya 80 persen berasal dari hasil konser. Jadi kalau mereka tidak ada konser ya nggak ada pemasukan. Meski sudah mensiasati dengan konser Virtual, nilainya masih jauh dibandingkan konser offair.
Agi mengaku selama New Normal ini ia tetap beraktifitas, salah satunya adalah dengan me re-branding Trio Macan dengan personil barunya. Seperti misalnya menempelkan dengan beberapa acara TV, dengan Youtuber dan menjejaki kemungkinan konser virtual.
”Selama pandemi Covid-19 inin saya berupaya me re-branding Trio macan dengan personil barunya. saya berusaha dengan menempelkan pada acara-acara TV, kemudian juga dengan para youTuber. Selain itu saya juga sudah menemui mas Donny Hardono, untuk mengkonsep Trio macan agar bisa tampil di Konser 7 Ruang yang selama ini dilakukan oleh mas Donny. Beliau sudah setuju,” tambah pemilik Pro Aktif itu.
Kerugian besar juga dirasakan industri pertunjukkan musik. Para promotor musik merugi hingga ratusan milyar lantaran beberapa konser mereka dibatalkan. Meski ada yang dijadwalkan ulang, rasanya sulit digelar jika wabah pandemi covid-19 tak mereda.
Disampaikan promotor musik kondang Harry Koko Santoso. Harry Koko mengaku bahwa ada lebih dari 900 ribu konser yang batal akibat pandemi Covid-19 ini.
“Setidaknya dalam sehari di Indonesia ada sekitar 5000 konser, dalam sebulan berarti ada 150 ribu konser. Jika dihitung sampai sekarang yaitu selama total selama 6 bulan masa pandemi ini, minimal ada sekitar 900 ribu konser yang gagal diselenggarakan. kalau ini masih berkepanjangan, setidaknya ada lebih dari 1,5juta konser yang tidak terselenggara,” ujar Koko Santoso.
Harry Koko pun menambahkan, Dari 34 propinsi di Indonesia, terdapat 500 lebih Kabupaten/Kota, dan 6000 lebih kampung/Kelurahan. Anggap saja satu kelurahan itu minimal mempunyai satu group band, kemudian setiap band minimal beranggotakan empat personal,
“Jadi setidaknya diseluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke minimal Ada 76 ribu grup band yang nganggur selama pandemi,” tambah bos dari Deteksi Production itu.