Outlook Pariwisata 2026: Pariwisata Hijau Jadi Gaya Hidup Baru Indonesia Lestari
Namun ia juga mengingatkan soal overtourism — bukan hanya soal banyaknya wisatawan, tapi juga cara pengelolaannya. “Tanpa regulasi yang kuat, keindahan bisa jadi korban. Pengusaha perlu dukungan kebijakan agar keberlanjutan berjalan konsisten,” tegasnya.
Di Bali, keberlanjutan sudah menjadi identitas. Potato Head Beach Club, misalnya, menerapkan filosofi “Good Times, Do Good” — menikmati hidup sambil menjaga bumi. Sustainable Director Amanda Marcella menjelaskan, sejak 2017 pihaknya telah membangun laboratorium pengelolaan sampah dan sistem daur ulang internal.
Baca Juga : IMTM 2025, Jembatan Kolaborasi Industri Wisata Gunung Indonesia
Bahkan, ada patung setinggi enam meter dari 888 kilogram plastik bekas yang menjadi simbol kreativitas ramah lingkungan. “Kami ingin membuktikan bahwa bisnis bisa memberi contoh. Dengan daur ulang, sampah yang berakhir di TPA bisa ditekan hingga 0,5 persen,” katanya.

Potato Head juga melibatkan wisatawan untuk ikut serta, seperti dengan penggunaan tumbler isi ulang sebagai bagian dari pengalaman ramah lingkungan.
Digitalisasi juga turut mendorong perubahan. VP Panorama Group, AB Sadewa, menyebut tren responsible travel meningkat sejak 2023. “Bahkan, perusahaan multinasional kini memasukkan aspek keberlanjutan dalam program insentif mereka,” ungkapnya.
Baca Juga : Kabupaten Trenggalek Siapkan Grand Design Pariwisata untuk Wisatawan Berkualitas
Panorama kini menghitung jejak karbon setiap paket wisata, langkah yang menurutnya akan menjadi standar baru di 2026–2030.

 
			 
							 
							