Pandangan Naomi Srikandi Tentang Perempuan dan Seni
Tak puas hanya berkarya di dalam negeri saja, Naomi juga banyak terlibat dalam proyek internasional. Sebut saja Prism yang diproduksi Kageboushi Theatre Company (ASEAN-Jepang, 2003), The Seven Spirit Banquet diproduksi PARC dan Polynational Arts Carnival (Asia Pasifik, 2004 dan 2006), Di Cong Bak (Teater Garasi-Yogyakarta, Komunitas Tikar Pandan-Aceh, Theater Embassy-Amsterdam, 2005).
Dirinya pun pernah mengikuti residensi seniman yang diselenggarakan oleh Nottle Theatre Company- Kooyong Performing Arts Centre di Wonju, Korea Selatan serta DasArts Master School of Theatre di Amsterdam, Belanda.
Perempuan Berkarya
Setelah lama bergabung bersama Teater Garasi, Naomi ingin mengaplikasikan apa yang sudah ia pelajari di sana ke tempat baru. Kali ini, ia ingin membentuk sebuah kelompok baru yang dapat menjadi fasilitas para perempuan untuk menyalurkan kemampuan seninya. Sebagai seorang seniman perempuan,
Naomi ingin mendobrak stereotip dan konstruksi sosial atas identitas perempuan yang selama ini membatasi mereka untuk berkarya.
Baca Juga : Kiprah Puan Maharani, Warisan Gemblengan Taufik Kiemas
Pada 2017, Naomi bersama ketiga orang teman perempuannya mendirikan sebuah Kolektif bernama Perempuan Lintas Batas (Peretas). Peretas rutin mengadakan berbagai program yang bertujuan menjadi ruang produktif dan reproduktif perempuan pekerja seni.
Kegiatan yang kerapa mereka selenggarakan antara lain penelitian, penerbitan buku, dan diskusi publik.
Melalui berbagai kegiatan tersebut, Peretas ingin berkontribusi dalam perluasan pengertian praktik seni budaya, bahwa seni budaya tak melulu terkait dengan produktivitas industri kreatif atau karier individu. Seni budaya juga bisa menjadi transformasi sosial dan distribusi pengetahuan bersama.