Pandemi Covid-19 Pertumbuhan UMKM Di Indonesia Naik Pesat
WARTAEVENT.COM, Kab. Probolinggo – Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, saat ini pelaku UMKM di Tanah Air mencapai angka 60 juta. Jumlah tersebut diprediksi terus bertambah seiring dengan kemajuan teknologi dan potensi sumber daya manusia yang semakin berkembang.
Hal itu dibuktikan dengan permintaan produk kriya mencapai 7,364 triliun global, sedangkan untuk Indonesia 364 miliar. Dengan 1,2 juta UMKM Indonesia kriya, kurang lebih 50% dimiliki dan memperkerjakan perempuan. Diprediksi 2030 akan ada peningkatan 13% persen dari digitalisasi UMKM.
Transformasi UMKM pasca Covid-19 di Indonesia, 65% UMKM mengutamakan investasi pada teknologi bukan aset fisik atau sumber daya manusia (SDM). Lalu 88% mengurangi biaya dengan meningkatkan efisiensi, 60% membutuhkan solusi digital untuk monitoring operasi jarak jauh, dan 55% membutuhkan solusi digital untuk perencanaan rekomendasi arus kas.
Menurut Dr. Mirrah Samiyah, Ketua Perempuan Tani HKTI Kabupaten Probolinggo, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, untuk wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Senin (28/6/2021), tingginya pertumbuhan UMKM memberikan angin segar bagi perekonomian di Indonesia, salah satunya dengan berhasil membuka banyak lapangan kerja baru.
“Namun bukan berarti pertumbuhan pesat tersebut lepas dari permasalahan. Berbagai permasalahan UMKM yang ada justru membuatnya kalah bersaing, jalan di tempat, hingga gulung tikar,” ujar Mirrah.
Lanjutnya, permasalahan UMKM yang sering ditemui adalah modal yang terbatas. Para pelaku UMKM mungkin saja memiliki banyak ide bisnis untuk mengembangkan usahanya, namun harus terhenti karena tidak adanya modal tambahan.
Kedua rendahnya kesadaran bayar pajak. Dari sekitar 60 juta pelaku UMKM di Indonesia, hanya 2,5% saja atau sekitar 1,5 juta pelaku UMKM yang melaporkan pajaknya. Hal ini menunjukkan tidak semua pelaku UMKM paham akan cara menghitung pajak yang menjadi kewajiban mereka. Efek terburuk yang bisa menimpa pelaku UMKM adalah usaha mereka bisa mengalami gulung tikar karena modal yang ada habis dipakai untuk membayar sanksi pajak yang telat dibayarkan.
Ketiga belum memiliki badan hukum yang jelas. Tidak adanya izin usaha resmi mendatangkan efek domino bagi pelaku UMKM karena akan menghambat laju usaha mereka sendiri. Salah satunya saat ingin mengajukan modal. Sehingga sulit bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha mereka menjadi lebih besar lagi.
Keempat kurangnya inovasi. Alasan yang membuat banyak pelaku UMKM jalan di tempat dalam mengembangkan usahanya karena minimnya inovasi. Akhirnya banyak usaha yang hanya bertahan selama 1-2 tahun, kemudian bangkrut karena produk atau jasa yang ditawarkan tidak kuat atau kalah bersaing.
Kelima gagap teknologi. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini melahirkan geliat ekonomi digital yang justru membawa banyak manfaat bagi pelaku UMKM, tidak hanya dalam memasarkan produknya tetapi juga memudahkan proses produktivitas para pelaku UMKM. Kehadiran saluran marketplace dan media sosial membuka peluang bagi pelaku UMKM dalam mengenalkan produk mereka ke ranah yang lebih luas.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Senin (28/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Dr. Mochammad Taufiq (Koorprodi S2 Pendidikan Uniwara), Siti Munawaroh (Konselor & Ketua LKP3A Fatayat NU Kraksaan), Abdul Kiflih (Kepala Sekolah 2 Pakuniran), dan Key Opinion Leader Firas Yodha Saskara.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.