Site icon WARTAEVENT.COM

Pengalaman Para Diplomat Wajib Dipelajari Pelaku dan Pemerhati Polugri: Kesimpulan Prodi HI Unpad

WARTAEVENT.Com – Jakarta. Bertempat di ruang Creative Hub & Knowledge Centre, Gedung C lantai 3 Kampus Universitas Padjajaran (UNPAD), Jatinangor, Sumedang, telah diluncurkan buku ke-4 para alumnus Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) Kemlu Angkatan X ”40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi”, Kamis, (24/10/2024).

Para mahasiswa dan dosen UNPAD menyambut baik buku yang ditulis oleh 29 diplomat Indonesia yang telah bertugas di berbagai negara di dunia. Acara juga diteruskan dengan diskusi tentang platform Politik Luar Negeri (Polugri) dibawah Presiden Prabowo Subianto (2024-2029).

Baca Juga : ‘Tulisan Para Diplomat Wajib Dibaca Pemerhati Polugri’, Komentar Tantowi Yahya

Dosen Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD, Dr. Teuku Rezasyah dalam kata sambutannya menyatakan bahwa diskusi dan sharing pengalaman para diplomat senior yang tergabung dalam Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) Angkatan X ini memberi manfaat bagi civitas academica dan Kemlu sendiri.

Pengalaman yang diceritakan tentu akan memberikan pengetahuan berharga bagi para mahasiswa. Pada saat yang sama diplomat juga akan mendapat  masukan langsung dari dosen serta mahasiswa.

Baca Juga : Ini Peran Diplomat dalam Menjalankan Polugri

”Acara diskusi dengan pelaku diplomasi ini seharusnya diselenggarakan lebih sering”, kata Dr. Teuku Rezasyah. Dilihat dari judulnya saja sangat jelas ”40 tahun menjalankan tugas untuk mewakili, membela, melindungi bangsa negara. Tentunya membutuhkan kiat dan pengetahuan diplomatik”. Perjuangan membela negara dalam istilah ilmiah adalah blood, sweat, tears and pray. Kemudian kata kunci ”pengabdian” sangat kaya secara psikologis.

Selain harus rendah hati juga loyal. Para diplomat berasal dari berbagai wilayah di Indonesia …. Tetapi begitu  dilantik sebagai diplomat maka  loyalitas kepada bangsa dan negara harus penuh, imbuh Dr.Teuku Rezasyah.

Sambutan berikutnya diberikan oleh dosen HI UNPAD, Dr. Gilang Nur Alam, S.IP, M.Sc. Disampaikan bahwa bahwa sumbangan tulisan dan pemikiran diplomat sangat diperlukan saat sekarang.

Baca Juga : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Menjadi Tempat Bedah Buku Alumnus Sekdilu X

Tidak saja sebagai bentuk pertanggung jawaban publik, tetapi juga upaya untuk memperkenalkan politik luar negeri kepada masyarakat umum. ”Kita tahu bahwa kesadaran masyarakat tentang politik luar negeri semakin tinggi”, kata Dosen Program Studi HI ini.

Dalam menyampaikan laporannya, salah satu editor Buku, Dr. Darmansjah Djumala mantan Dubes/Watapri RI Wina, mengatakan bahwa bertepatan dengan momentum 40 tahun menggeluti dunia diplomasi, sebanyak 42 tulisan dari para Sekdilu X tahun 1984 berhasil terkumpul dalam buku bertajuk 40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi: Serpihan Memori Diplomat Indonesia.

Baca Juga : Acara Bedah Buku dan Seminar Nasional ASEAN Berlangsung Sukses di Universitas Hazairin Bengkulu

Tujuan penulisan ini menurut Dr. Darmansjah Djumala adalah sebagai ungkapan syukur atas pengabdian pada negara di dunia diplomasi selama 40 tahun. Buku tersebut juga memuat kata sambutan dari  Retno Marsudi (Menlu RI 2014-2024), Hassan Wirayuda (Menlu RI 2001-2009), dan Soemadi  D.M. Brotodiningrat (Dubes RI untuk PBB Jenewa, Jepang dan AS). 

Mengambil kutipan berbahasa Latin ”Verba volent scripta manent“ (spoken words fly away, written words remain) atau terucap mudah lenyap, tercatat pasti melekat, Darmasjah Djumala, menambahkan bahwa sejak masih dalam pendidikan diplomat tahun 1984 terdapat keinginan dari para diplomat satu angkatan untuk menuangkan pemikiran, asa dan cita dalam bentuk tulisan dan berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan publik.

Dalam rentang waktu 40 tahun ini menurut Djumala telah terbangun sinergi dengan akademisi untuk pengembangan ilmu (food for thought). ”UNPAD termasuk salah satu perguruan tinggi yang sering disambangi karena feedback dan analisanya yang tajam dan up to date.

Baca Juga : Survey Nasional REACT Mengungkap Dualitas Peran Agama Atas Isu Lingkungan

Pembicara berikutnya Bagas Hapsoro (mantan Dubes RI untuk Swedia) menambahkan bahwa berbeda dari tiga buku sebelumnya yang lebih menekankan tulisan-tulisan bersifat analisis, buku ke-4 ini lebih memberi bobot pada aspek human interests yang didasarkan pada pengalaman masing-masing Penulis. Dengan adanya tulisan ini diharapkan para pembaca, khususnya peminat hubungan internasional dapat memetik pelajaran yang berharga.

Tulisan Arzaf Firman (Konjen RI di Dubai  2014-2017) berjudul ”Warga Sekolah Dinas Luar Negeri Angkatan X” mengawali rangkaian tulisan dalam buku ini. Dalam tulisan itu, digambarkan suka duka siswa Sekolah Dinas Luar Negeri pada 1984–1985. Selama mengikuti pendidikan, yang dipelajari bukan saja pengetahuan tentang dunia diplomasi, melainkan juga kegiatan olahraga, dan olah seni-budaya seperti tari dan paduan suara.

Timur Tengah: Masalah Penjajahan

Beberapa mahasiswa juga meminta pandangan tentang solusi masalah Timur Tengah yang dikaitkan dengan isu HAM. Ditanggapi oleh Darmansjah Djumala, bahwa masalah Timur Tengah pertama-tama harus dilihat dari core issue, yakni  penjajahan.

Sejak negara Israel berdiri, hak Palestina telah dirampas. Bertambahnya pemukiman Israel, hilangnya hak atas air serta kebebasan bergerak Palestina dan hak kembali Palestina belum pernah dipecahkan secara menyeluruh.

Baca Juga : Peringati 75 Tahun Hubungan Diplomatik, AS dan Indonesia Promosikan Kebudayaan Bersama

Menurut Djumala situasi yang dihadapi Palestina ini jelas bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945, khususnya Alinea 1 yang menyatakan bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Topik lainnya yang menjadi perhatian mahasiswa adalah tentang peranan perempuan dalam pembangunan, dan kerjasama ekonomi regional dengan kawasan lainnya.

Peningkatan Peranan Perempuan

Diskusi menjadi semakin menarik terkait dengan peningkatan peran diplomat perempuan selama satu dasawarsa terakhir. Tentang keterwakilan perempuan sebagai diplomat disampaikan oleh Bagas selama 10 tahun terakhir terjadi peningkatan.

Kepemimpinan Menlu Retno (2014-2024) – sebagai perempuan – dalam posisi strategis di bidang politik luar negeri ini tentu menunjukkan adanya progres atas keterwakilan perempuan sebagai bagian dari strategi pengarusutamaan gender. 

Jika pada era Presiden Soekarno persentase perempuan sebagai Dubes sebesar 1,14% atau hanya dua orang dari total 175 Dubes, pada masa pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, angka ini melonjak menjadi 13,46% atau 21 orang dari total 156 Dubes.

Data yang diluncurkan pada 15 Desember 2022 dan dapat diakses di www.DataDubes.com ini menyajikan lebih dari 1.200 Dubes Indonesia yang sedang dan pernah menjabat sejak 1947 hingga 2022, lengkap dengan data biografi mereka seperti gender, negara penempatan, latar belakang profesional, tahun pelantikan, serta presiden yang melantik mereka.

Visi dan Platform Politik LN Dibawah Presiden Prabowo

Diskusi di UNPAD juga membahas tentang pandangan para pembicara mengenai platform dan misi politik luar negeri Kabinet Merah Putih dibawah pimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Disampaikan oleh Bagas Hapsoro bahwa respon yang diberikan adalah pandangan pribadi. Tetapi dari pernyataan perdana Presiden Prabowo Subianto tanggal 20 Oktober 2024 dapat dipastikan bahwa Presiden-terpilih tidak  meninggalkan kebijakan luar negeri pemerintah sebelumnya.

Baca Juga : Kisah 17 Diplomat Berkiprah di Mancanegara

Pernyataan Presiden-terpilih yang disampaikan kepada para pemimpin dunia dapat dinilai bersifat nasionalistik dan realis. Dengan demikian menurut Bagas, niat Presiden Prabowo adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang relevan dalam kancah politik internasional. 

Oleh karena itu semangat kemandirian ini dicerminkan dengan tetap menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif (independent and active foreign policy). Menarik sekali visi Presiden Prabowo yang menyatakan bahwa Indonesia harus siap swasembada energi. Kemudian disampaikan pula bahwa paling lambat 4-5 tahun kedepan Indonesia harus bisa melakukan swasembada pangan.

Hal lain yang menjadi topik pembicaraan adalah tentang keinginan mahasiswa UNPAD yang ingin memperdalam kerjasama internasional pembangunan khususnya blue economy dan circular economy.

Baca Juga : Kemenpar Bekali Diplomat Promosi dan Pemasaran Pariwisata Indonesia

Menurut Bagas Hapsoro topik ”circular economy” adalah potensi Indonesia di masa depan. Saat ini Bappenas bersama Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sebagai acuan pemangku kepentingan dalam mendefinisikan ekonomi biru sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif.

Potensi Blue Economy diperkirakan mencapai USD 1,33 miliar dan mampu menyerap 45 juta lapangan kerja menurut Bappenas. Acara yang dipandu Anshori, S.IP, M.Sc. tersebut diakhiri dengan penyerahan sertifikat dan pemberian buku kepada para 6 penanya yang hadir. (*)

Exit mobile version