Ekonomi

Pokdarwis Diminta Terapkan Cooperative Strategy dalam Membangun Pariwisata

wartaevent.com – Jakarta. Kementerian Pariwisata, melalui Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan antar Lembaga, mengajak 120 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari berbagai daerah di Indonesia untuk merubah pola piker (mindset) dari competitive strategy menjadi cooperative strategy.

Hal ini disampaikan oleh Wisnu Bawa Tarunajaya, Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan antar Lembaga Kementerian Pariwisata (Kemenpar), dalam acara  Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata Tingkat Nasional Pada Kegiatan Apresiasi Kelompok Sadar Wisata, Jumat 27 September 2019 di Spark Luxe Hotel, Pecenongan, Jakarta Pusat.

Baca Juga : Kemenpar Kembali Gandeng SMF Untuk Pembiayaan Homestay di Mandalika

Dijelaskan oleh Wisnu, bahwasannya forum Komunikasi ini hadir untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan pariwisata. “Seperti pengalaman di lapangan bagaimana mereka mencoba merubah mindset atau pola pikir temen-temen Pokdarwis yang lain agar dapat berkembang dan sukses seperti peserta yang lain.

Merubah mindset, kata Wisnu, memang tidak mudah. Sebab, masing-masing komunitas seperti BUMDES, Balkondes, Koperasi, dan Pokdarwis selalu beda pendapat dan beda pola pikir. “Sekarang mindset seperti itu akan dikikis sedikit demi sedikit. Sebab, sekarang jamannya sudah saling berbagi, merangkul dan mengikis perbedaan untuk menjadi yang lebih besar,” tambahnya.

Untuk itu, dalam forum yang diikuti 120 peserta Pokdarwis ini pihaknya ingin menyatukan visi untuk saling berbagi seperti mengurai suatu masalah, menghadapi tantangan kedepan, serta bagaimana cara mengatur strategi menghadapi semuanya tersebut.

Wisnu mencontohkan, jika desa mendapat bantuan dana dari Kemendes lihat lah itu sebagai peluang, jangan dilihat sebagai kenapa salah satu kelompok saja yang dapat. Jika Bumdes ini untuk bantuan pertanian, maka pertanian secara teknis tetap jalan, kemudian dari sisi pariwisata tinggal bagaimana caranya memebrikan nilai tambah lainnya.

“Di pariwisata ini kan ada, to see, to do, to learn, to buy—ini adalah indikator untuk menambah value di pariwisata. To see—untuk agar wisatawan dapat melihat. Sebab belum tentu semua pertanian di semua negara itu sama, seperti bagaimana cara menanam padi tradisional yang di negaranya tidak ada. Nah ini kan menjadi suatu produk pariwisata,” urai Wisnu.

Baca Juga : Kemenpar Bekali Masyarakat Pandeglang Cara Mengelola Desa Wisata

Proses selanjutnya adalah, bagaimana cara wisatawan dapat melihat menanam padi ini sebagai atraksi wisata secara aman dan nyaman. “Maka perlu dibangun jalan setapak, bagaimana wisatawan dapat selfi maka dibuatlah tempat selfi deket sawah, itu contoh sederhana bagaimana pengelolaan dana bumdes untuk dipadupadankan dengan pariwista,” pungkas Wisnu.

Dalam kesempatan tersebut, Wisnu pun berharap stiap desa yang akan mengembangkan dirinya sebagai desa wisata, gunakanlah pendekatan Community Based Tourism (CBT), membangun pola piker dan komunikasi yang baik antar lembaga serta terapkan cooperative strategy. [*/photo by_DSP]