Sagu Lempeng: Kuliner, Tradisi dan Pundi Rezeki
Model usaha Sagu Lempeng ini sederhana, namun sangat efektif secara ekonomi. Dari satu karung khasbi seharga Rp75.000, Nini bisa menghasilkan sekitar 200 lempeng sagu.
Harga jualnya pun cukup terjangkau: Rp10.000 untuk 4 lempeng, atau Rp20.000 per forno. Total pendapatan harian bisa mencapai Rp500.000, dengan laba bersih sekitar Rp425.000 per hari.
Baca Juga : Susur Sungai Pancora Beach: Simfoni Hijau di Ujung Halmahera Barat
Pembeli datang dari berbagai segmen: pengepul, pedagang pasar, hingga penjual keliling. Menariknya, seluruh hasil produksi selalu habis terjual setiap hari. Tak ada yang tersisa.

Bagi Nini dan warga Akediri, Sagu Lempeng bukan hanya sumber penghasilan. Ia adalah identitas budaya, simbol ketahanan pangan, dan ekspresi kemandirian ekonomi perempuan di desa.
“Kalau ada tamu datang, kami selalu tawarkan Sagu Lempeng dengan ikan bakar dan sambal. Itu ciri khas kami di Halmahera Barat,” ujar Nini bangga.
Baca Juga : Festival Morotai Angkat Tema Land of Stories Sebagai Daya Tarik Wisata Maluku Utara
Sagu Lempeng bukan hanya produk pangan. Ia adalah simbol bahwa dengan alat sederhana, bahan lokal, dan kerja kolektif, sebuah kampung bisa berdiri di atas kaki sendiri—menghidupi, menginspirasi, dan memperkuat ekonomi kerakyatan Indonesia. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Wartamedia Network WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029Vb6hTttLSmbSBkhohb1J Pastikan kalian sudah install aplikasi WhatsApp ya.
- Editor : Fatkhurrohim