Tahun Depan Pariwisata Berkelanjutan Menjadi Tren, Desa Wisata dan Wisata Petualangan Adalah Contoh Konkritnya
“Water management dalam mengefisiensikan penggunaan air bersih oleh wisatawan serta pengelolaan limbah secara terpadu menjadi perhatian pelaku industri pariwisata dan perhotelan,” kata Andri.
Tren pariwisata 2024 akan mengalami hyperlocal and slow travel dimana para wisatawan ini tidak ingin cepat-cepat menghabiskan waktu. Waktu yang dihabiskan dalam berwisata jauh lebih lama dan memilih destinasi domestik yang menawarkan konsep alam dan wisata hijau.
Baca Juga : Ini Setrategi Kemenparekraf Hadapi Tantangan Pariwisata Tahun Mendatang
Tantangan pengembangan wisata alam, menurut Eko Binarso, antara lain infrastruktur, aksesibilitas, bencana alam, keselamatan wisatawan, pengelolaan dampak, promosi dan branding, koordinasi kelembagaan, menciptakan destinasi baru, polusi.
Sementara AB Sadewa, Corporate Secretary Panorama Group menuturkan, ekonomi hijau itu bisa masuk dalam pendapatan pajak terkait dengan jual beli karbon dengan memanfaatkan tata laksana penerapan nilai ekonomi karbon yang betul.
“Sustainability memang gampang diomongin tapi ternyata sulit dikerjakan prakteknya, karena itu perlu komitmen bersama mewujudkan green tourism,” tutur Sadewa.
Menurutnya, ada empat hal komitmen untuk mewujudkan green tourism, pertama perubahan iklim dan pelestarian alam, kedua demand dari sisi market, ketiga regulasi, dan keempat kebutuhan industri.
Baca Juga : Terungkap, Begini Tantangan dan Tren Pariwisata Indonesia Tahun Depan
Kegiatan ITO 2024 yang digelar Forwaparekraf bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), disponsori oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan didukung oleh Jambuluwuk Hotels & Resto, Sari Ayu Martha Tilaar, Intiwhiz Hospitality Management, Bookcabin By Lion Group, Amaryllis Boutique Resort, Wings Group, dan MEG Cheese. (*)
- Editor : Fatkhurrohim