WARTAEVENT.COM, Kab. Tulungagung – Hoaks (HOAX) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar tapi dibuat seolah-olah benar adanya. Banyak kasus disebabkan berita hoaks yang menyebabkan perselisihan. Hal itu di karenakan rendahnya literasi, efek polarisasi / eco chambers karena masalah politik dan SARA, dan media yang partisan. Untuk itu sangat disarankan masyarakat harus lebih teliti terhadap berita hoaks.
Hal itu diungkapkan, Astin Meiningsih, MAFINDO dalam sesi cara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, (16/06/2021).
“Beberapa motif sesorang sebarkan hoaks adalah terkait politik, uang, ideologi, kebencian, dan juga iseng,” paparnya.
Astin menjelaskan, data Masyarakat Telekomunikasi (Mastel) 2019 menyebut media sosial sebagai tempat paling masif dalam penyebaran hoaks. karena masyarakat mencari informasi yang ingin mereka tahu langsung dari media sosial. Bukan lagi media mainstream atau media massa namun dari Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya.
“Masyarakat menganggap media sosial menjadi nomor satu sangat cepat dibanding dengan media massa. Bahkan masyarakat sudah jarang menggunakan search engine untuk mencari informasi,” ujarnya.
Dia menambahkan, padahal di media sosial informasi dibuat siapa saja sehingga tidak dapat dipastikan kebenarannya. Berbeda dengan informasi yang disampaikan jurnalis media mainstream. Bahkan situs website pemerintah pun masih kalah jauh dipilih. Alasan lain mengapa media sosial menjadi terpercaya bagi sebagian kalangan, sebab media sosial sudah seakan menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Loina Lalolo Krina Perangin-angin SGU, MAFINDO, Tular Nalar, mengatakan, budaya digital merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital. “Orang yang dapat bertahan bukan yang paling kuat atau pintar, tapi yang bisa beradaptasi,” tandasnya.
Tantangan yang dihadapi dalam budaya bermedia digital, seperti mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan, menghilangnya budaya Indonesia, media digital menjadi panggung budaya asing, dominasi nilai dan produk budaya asing, berkurangnya toleransi dan penghargaan pada perbedaan, menghilangnya batas-batas privasi, dan pelanggaran hak cipta dan karya intelektual. Loina mengatakan, tantangan itu harus dihadapi sehingga dampak rendahnya pemahaman budaya bermedia digital, seperti tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial (perpecahan / polarisasi) di ruang digital.
“Serta tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital dan tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi dan malinformasi,” ujarnya
Lanjut Loina, dengan pahamnya aspek budaya yang melandasi setiap aktivitas di ruang digital berdasarkan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, dengan mendukung toleransi keberagaman, memprioritaskan cara demokrasi, mengutamakan Indonesia dan menginisiasi cara kerja gotong-royong.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (16/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Rifky Indrawan (Ketua Relawan TIK Lampung) membawakan materi bijak saat belanja & dagang online, Tio Prasetyo Utomo tentang gerakan nasionalliterasi digital membahas seputar rekam jejak di era digital, dan Valentina Melati, Key Opininan Leader materinya seputar berkarya di social media & tips menghadapi komentar haters.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
WARTAEVENT.comm – Bandung. HARRIS Hotels, kembali menghadirkan annual event olahraga lari bertajuk HARRIS Day. Tahun ini bertemakan "FINAL LAP", dan… Read More
WARTAEVENT.com – Yogyakarta. Menyambut datangnya Tahun Baru 2025, Sahid Raya Hotel & Convention Yogyakarta kembali menghadirkan event spektakuler bertajuk "Malioboro… Read More
WARTAEVENT.com – Jakarta. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) semakin memperkuat komitmennya dalam meningkatkan layanan digitalisasi pemesanan tiket online melalui aplikasi… Read More
WARTAEVENT.com – Jakarta. Artotel Group dan PT Bandung Infra Investama (Perseroda) resmi menjalin kemitraan untuk mengelola ARTOTEL Kiara Artha Bandung,… Read More
WARTAEVENT.com – Ketapang. Menjelang puncak musim liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memastikan kesiapan… Read More
WARTAEVENT.com – Yogyakarta. ARTOTEL Yogyakarta mempersembahkan acara istimewa Homeground: Magnificent Seven Intimate Fun Trail Run, Minggu (8/11/2024) mendatang, untuk merayakan… Read More
Leave a Comment