Tips Anti Boros Mengelola Dompet Digital
WARTAEVENT.COM, Kab. Blitar – Tren dompet digital saat ini sudah sangat menjamur karena memang memberikan kemudahan untuk bertransaksi tanpa uang tunai. Bahkan, tidak perlu untuk datang ke tempat yang menjual barang yang mau kamu beli. Dengan segala kemudahan dan lainnya membuat meningkatnya pengguna dompet digital.
“Hal ini berbanding lurus dengan tingkat perkembangan dan penjualan smartphone. Ditambah adanya pandemi yang membuat penggunaan dompet digital semakin digemari masyarakat modern,” tutur Mohamad Subaweh, Relawan TIK Kabupaten Tulungagung, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Rabu (28/7/2021).
Lanjutnya, melansir dari catatan Bank Indonesia (BI), transaksi digital meningkat 37,8 persen yang mencakup transaksi digital banking dan transfer.
“Hal ini dilihat dari segi praktisme, menggunakan dompet digital atau e-wallet tentu lebih praktis. Tinggal buka aplikasi atau sebutkan nomor handphone, pembayaran otomatis diproses dan selesai. Adanya dompet digital membuatmu bisa transaksi di mana saja tanpa harus membawa uang tunai atau ATM,” katanya.
Mengingat dompet digital sangat praktis, banyak orang yang malah jadi boros. Untuk itu perlu coba terapkan tips mengelola dompet digital anti boros berikut agar keuangan tetap aman terkendali.
- Tetapkan budget untuk dompet digital.
Tentukan terlebih dahulu berapa budget untuk dompet digital per bulan. Bisa itu Rp 300 ribu, Rp 400 ribu, dan seterusnya. Jika memiliki lebih dari satu dompet digital, maka bagilah porsi saldonya sesuai kebutuhan. Jika tidak dibagi, kesannya mubazir apalagi kalau saldo tersebut tidak digunakan sepeserpun untuk bertransaksi. Hal yang sama juga jika Anda rutin menggunakan dompet digital, tetap harus ada budget agar pengeluaran lebih terkontrol.
- Gunakan saat dibutuhkan saja. Agar tidak boros, sebaiknya gunakan dompet digital pada saat dibutuhkan. Anda harus tahu manfaat apa yang ingin didapatkan dari pembayaran melalui dompet digital. Apakah itu hanya untuk membayar ongkos ojek online atau untuk membayar segala macam tagihan, seperti kartu pascabayar, PLN, internet.
- Manfaatkan promo e-wallet yang terbesar. Memiliki lebih dari satu e-wallet tentu akan menyulitkan mengontrol keuangan, tapi Anda bisa siasati dengan memanfaatkan satu e-wallet yang menawarkan promo terbesar. Apalagi sekarang satu restoran bisa bekerjasama dengan dua atau tiga e-wallet sekaligus dengan promo yang berbeda-beda.
- Jangan keseringan top up. Top up dalam jumlah kecil sebenarnya tidak terlalu dianjurkan karena ini malah membuatmu boros. Apalagi sekarang ini hampir semua bank membebankan biaya admin untuk top up. Walaupun nominalnya cuma Rp 1.000 atau Rp 2.500, tapi kalau dikalkulasi 10 kali top up, jumlahnya lumayan juga. Untuk menghindari top up berulang kali, terapkan poin nomor 1. Jika jatah saldo pada satu e-wallet habis sebelum akhir bulan, jangan top up. Sebaiknya gunakan e-wallet lain untuk membiayai pengeluaran Anda.
- Monitor pengeluaran e-wallet secara berkala. Dan yang terakhir adalah selalu monitor pengeluaran e-wallet milikmu. Sebab, transaksi di bulan ini belum tentu sama dengan bulan sebelumnya maupun berikutnya. Bisa saja bulan ini banyak pengeluaran tidak terduga, teman kantor lebih sering ngajak makan di luar, dan sebagainya.
“Kehadiran e-wallet membuat transaksi jauh lebih cepat, efektif, dan efisien. Namun, Anda harus bijak dalam mengelola e-wallet agar tidak terjerumus pemborosan,” tutupnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Rabu (28/7/2021) yang menghadirkan pembicara Rizky Ardi Nugroho (co-founder dari Nect Generation Indonesia), Shinta Putri (Key Opinian Leader), DR. Devie Rahmawati (Dosen dan Peneliti Tetap Program Vokasi Humas UI), dan Andik Adi Suryanto (Relawan TIK).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.