Transaksi Digital Menjadi Salah Satu Transaksi Beresiko Saat Pandemi
WARTAEVENT.com – Ngawi. Bank Indonesia (BI) mencatat, transaksi pembayaran menggunakan platform digital melonjak saat pandemi corona. Namun, regulator juga menyoroti risiko keamanannya. Berdasarkan data BI, transaksi digital meningkat 37,8% dibandingkan sebelum adanya pandemi Covid-19. Penggunaan uang elektronik juga naik 65%, sementara ATM, kartu debit dan kredit turun sekitar 18,9%.
“Banyak pengguna baru layanan pembayaran digital. Jumlahnya naik signifikan,” ujar Danis Kirana, Co-Founder Dako Brand & Communication, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (04/10/2021).
Di tengah lonjakan permintaan tersebut, literasi digital masyarakat Indonesia masih rendah. Berdasarkan Global World Digital Competitiveness Index yang dirilis oleh Institute for Management Development (IMD), literasi digital Indonesia menempati urutan 56 dari 63 negara.
Di satu sisi, penipu melakukan beragam cara untuk menipu konsumen, salah satunya dengan rekayasa sosial (social engineering). Pengguna yang tidak memahami layanan digital, bisa masuk dalam jebakan. BI pun memitigasi hal itu dari tiga sisi, yakni konsumen, perusahaan, dan industri. Dari sisi konsumen, regulator menggencarkan edukasi.
“Konsumen seringkali lupa risiko keamanan, jika ditawarkan layanan mudah dan murah melalui pembayaran digital,” ujarnya.
Danis mengatakan, pelaku kejahatan siber biasanya menyasar data pribadi konsumen agar dapat masuk ke akun keuangan. “Banyak yang mengirimkan foto KTP melalui WhatsApp. Ini bisa disalahgunakan,” ujarnya.
Kejahatan siber memang meningkat selama pandemi virus corona. Pusat Operasi Kemananan Siber Nasional (Pusopskamsinas) Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, ada 88,4 juta serangan siber selama Januari hingga medio April 2020. Bahkan, kasusnya mencapai 3,34 juta per hari pada 12 Maret 2020.
Berdasarkan laporan The International Criminal Police Organization (Interpol) 2020, Asia Tenggara menjadi sasaran penjahat siber yang beroperasi dengan cara menipu dan mengelabui korban, atau phishing. Indonesia menjadi target utama pelaku penipuan.
Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (04/10/2021) juga menghadirkan pembicara, dr. Ifada Rahmayanti (Owner Klinik Anak & Praktisi Pendidikan dan Kesehatan), Laila Chairy (Dosen & Praktisi komunikasi), Valencia Fergie Pramono (Marcomm Manager at IMS Indonesia), dan Adinda Adia Putri (Medical Doctor) sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)