Trip Seru di Jamuan Meja Makan Raja Orangutan
Warta Event – Tanjungputing. Usai menempuh perjalanan sekitar, satu jam setengah dari Jakarta, tibalah rombongan Destination Management Organization (DMO) Kementerian Pariwisata di Bandara Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Sejurus kemudian, kami pun bergegas menuju Pelabuhan Kumai.
Setelah mendapatkan penyewaan perahu klotok, kami pun menyusuri sungai Sekonyer. Sungai yang membentang antara 240 KM ini, menjadi satu-satunya jalur air yang akan menghntarkan kita ke beberapa destinasi di Taman Nasional Tanjung Puting, yang kini dipersiapkan oleh team DMO menjadi produk ecowisata yang berdaya saing internasional.
Sebagaimana diketahui, kawasan Taman Nasional Tanjung Puting ini memiliki daya tarik seperti Orangutan atau Pongo Pygmaeus yang mulai punah dan perlu dijaga kelestariannya. Sebab, jika binatang mamalia yang memiliki 97 persen gennya mirip dengan manusia, maka punah sudah daya tarik ecowisata yang ada di kawasan hutan lindung ini.
Menjelng petang, kami pun tiba di Resort Ecolodge Kalimantan Tengah yang sangat rindang dan sejuk. Resort Ecolodge ini, terletak di dekat camp satu atau Tanjung Harapan.
Setelah fajar menjemput, perjalanan kita lanjutkan ke Camp Dua atau Pondok Tanggui salah satu camp, yang dihuni oleh banyak sepesies orangutan yang mampu menerima keberadaan manusia atau para pelancong. Mamalia ini pun, nampak bersahaba dengan wisatawan asing mulai mendatangi tempat peristirahatannya. Semua normal, dan bersahabat.
Usai memasuki gapura camp dua, kita melanjutkan perjalanan menuju sebuah tempat atau mimbar kebesaran sang “Raja” Orangutan dalam menikmati kudapan favoritenya. Untuk sampai ke mimbar alam terbuka itu, dibutuhkan waktu 15 menit atau menempuh sepanjang 800 meter dari Gapura Camp Dua.
Sesampainya di lokasi, sekitar 10 menit kemudian, kita dan wisatawan asing yang berasal dari Spanyol, Ukraina, Inggris dan Belnda pun, terkejut ketika ada Orangutan dengan tinggi 1,5 meter, langsung meminum susu dan memakan pisang serta ubi jalar yang ada di mimbar tersebut.
Pembawaannya pun tenang, bahkan sang Raja ini pun menunjukan perangai yang lucu, seperti memainkan makanan yang telah di kunyahnya, kemudian ditunjukan kepada para wisatawan yang berada dalam garis zona aman.
Yusuf, pemandu wisata untuk tim DMO selama tiga hari di kawasan hutan konservasi Sekonyer ini mengatakan, Orangutan tersebut bernama “Doyok”, usia lebih dari 30 tahun.
“Doyok, adalah Raja Orangutan generasi ke tiga di Camp Dua. Doyok mendpat predikat sang penguasa mimbar jamuan makan, setelah mengalahkan raja sebelumnya yang bernama Mesran,” ungkap Yusuf.
Lebih jauh lagi, Yusuf mengatakan, harus ada pertempuran terlebih dahulu, dan harus mengalahkan raja sebelumnya, ketika ingin menjadi raja di mimbar jamuan makan.
Pertempuran ini berlaku, antara pejantan dengan pejantan. Setelah salah satu dari mereka ada yang menang, maka Orangutan tersebutlah sebagai Raja baru di meja jamuan makan.
Raja yang kalah dalam laga pun dapat dipastikan tidak akan menjamah area jamuan makan tersebut. Dia, akan kembali ke tengah hutan, dan memenuhi segala hajatnya tanpa harus ke meja jamuan makan.
“Kadang kala ada ranger yang bertemu dengan sang mantan raja, dia terlihat kurus, tidak seperti dulu. Hal ini dapat dimaklumi, asupan makanan ala raja sudah tak dapat dinikmatinya lagi,” ujar Yusuf.
Menurut Yusuf, Doyok telah menguasai mimbar jamuan baru tiga tahun. Raja terdahulunya, hampir menguasai kawasan tersebut hampir 15 tahun.
“Biasanya, untuk mempertahankan mahkotanya, hingga umurnya 40 tahun. Tapi kalau fisiknya lemahnya, bisa dikudeta sama Orangutan baru yang lebih kuat secara fisik,” tutup Yusuf. [Fatkhurrohim/*]