UI Merekonstruksi dan Mempopulerkan Kembali Rumah Tradisional Melayu
Wartaevent.com – Belitung. Pulau Belitung tak hanya dianugerahi keindahan alam. Belitung pun memiliki beragam etnis, dan budaya, mulai dari China, Melayu, Sawang, hingga Bugis. Budaya minum kopi, bercengkrama, dan berpantun merupakan kegiatan masyarakat Belitung yang mudah ditemukan di setiap sudut pulau.
Di sisi lain Belitung pun memiliki cagar budaya seperti Masjid, Kelenteng tertua yang dibangun berdekatan sebagai symbol kerukunan beragama masyarakat Belitung. Benda cagar budaya tersebut terdapat di Desa Sijuk, Kepulauan Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Satu catatan lagi, di Desa Sijuk masih dijumpai rumah tradisional melayu Belitung yang masih dihuni oleh masyarakat asli Belitung dan kental dengan tradisi lokalnya. Akan tetapi, saat ini kondisi rumah tradisional tersebut dalam kondisi yang memprihatinkan.
Banyak rumah yang mulai hancur dimakan usia dan dikhawatirkan akan hilang dalam beberapa waktu kedepan. Oleh karena itu, Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia yang diketuai oleh Irmawati Marwoto memprakarsai renovasi rumah tradisional Melayu Belitung di Desa Sijuk.
Program ini merupakan bagian dari Hibah Pengabdian Masyarakat DRPM UI tahun anggaran 2018. Di dalam program ini melibatkan ahli arkeologi dari Departemen Arkeologi FIB UI untuk menelusuri data sejarah, yaitu Isman Pratama Nasution, Ghilman Assilmi, Alqiz Lukman, dan Afifa Tajriatul.
Ahli kebudayaan Cina dari Program Studi Cina UI, Adrianus L.G. Waworuntu juga terlibat untuk memperhatikan tinggalan budaya China yang terdapat pada daerah tersebut. Tidak ketinggalan ahli desain komunikasi visual dan arsitektur, Jelita Permata, Andi Mahardika, dan Fariddin Attar, untuk kebutuhan rekonstruksi bangunan tersebut.
Dalam pilot project ini, telah direkonstruksi sebanyak lima rumah tradisional dan rencananya akan menambah lima rumah lagi di tahun depan. Program ini tidak hanya merekonstruksi rumah tradisional saja, tetapi juga merevitalisasi lingkungan rumah, memperbaharui suasana desa, dan pemberdayaan masyarakat, baik pemilik rumah maupun warga desa lainnya.
Tujuan dari program ini adalah untuk mempreservasi kebudayaan Belitung dari segi rumah tradisional, lansekap budaya, dan tradisi. Serta menumbuhkan kembali jati diri dan kebanggaan masyarakat Desa Sijuk akan keanekaragaman yang dimilikinya, berdasarkan pada peninggalan budaya leluhur mereka di masa lalu.
Program ini juga bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung (Bappeda Kab. Belitung) dan Komunitas Urang Sijuk Community (USC) yang merupakan komunitas warga lokal Desa Sijuk untuk keberlanjutan dari program ini.
Program ini tidak hanya berguna untuk kepentingan pelestarian, tetapi juga menjadi sumber daya budaya yang dapat memacu perkembangan ekonomi masyarakat desa tersebut. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dijalankan juga berusaha mengembangkan Desa Sijuk menjadi Desa Wisata.
Desa Wisata yang dimaksud dalam proposal ini adalah pariwisata desa yang berbasis adat tradisi, kesenian, kerajinan, arsitektur dan tata ruang yang masih nyata ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Kegiatan ini mendapatkan dukungan dari Kementrian Pariwisata. Hal ini terlihat dari kunjungan Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural Esthy Reko Astuti. Menurut Esthy, program ini sangat positif bagi kesejahteraan masyarakat desa dan pengembangan wilayah Kabupaten Belitung.
Selain mengunjungi rumah tradisional yang telah direkonstruksi, Esthy juga berkunjung ke kebun lada dan singkong yang tengah dikembangkan oleh USC, komunitas lokal, untuk menjadi destinasi wisata Desa Sijuk.
Seperti yang telah diketahui, Belitung termasuk kedalam 10 destinasi prioritas pariwisata dan termasuk ke dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Desa Sijuk dapat menjadi alternatif objek wisata selain atraksi lainnya di Pulau Belitung. [Fatkhurrohim]