Waspadai Budaya Konsumtif di Era Digital, Berikut Tipsnya!
Namun katanya, di balik kemudahan ini ternyata memiliki sisi negatif yang harus diwaspadai, salah satunya adalah sifat boros. “Dari generasi atas sampai generasi Z semua mulai berbondong-bondong ikut merasakan kemudahan ini. Tapi, di balik kemudahan yang tersaji ada dampak buruk yang timbul. Apakah itu? Perilaku konsumtif,” ujarnya.
Ia mencontohkan budaya konsumtif di era digital sekarang ini, yaitu kecanduan internet, belanja online, pengantaran makanan (food delivery), transportasi online, atau belanja gawai (gadget) baru.
Baca Juga : Transaksi Uang Elektronik Meningkat, Simak Tips Cara Aman dan Penggunaanya
Tips agar tidak boros dalam berbelanja di e-commerce, menurut dia, seperti membuat daftar barang yang akan dibeli; membandingkan harga dari situs belanja online yang berbeda; rajin mencari voucher atau promo; mencari teman untuk belanja bersama; berlangganan newsletter, dan memilih cara pembayaran yang paling tepat.
Eko Pamuji menambahkan, dampak buruk pemborosan di era digital adalah berpotensi mengalami kesulitan keuangan hingga terjerat utang berlebihan. Pemborosan juga membuat seseorang cenderung membeli barang yang tak dibutuhkan.
Baca Juga : Lindungi Data Pribadi Agar Hidup Aman dan Tentram
Apabila sudah terlanjur menjadi pemboros, akan terjebak dalam lingkaran konsumsi yang tak berkesudahan.“Selain itu, sifat boros dapat menekan nilai-nilai sosial, seperti kebersamaan, solidaritas, dan kepedulian terhadap sesama,” ucapnya.
Sementara itu, Heni Andriyani mengingatkan sifat boros bisa dicegah lewat pemahaman atau literasi keuangan yang baik. Literasi keuangan adalah kemampuan individu untuk memahami dan mengelola keuangan mereka dengan baik.
Baca Juga : Catat, Ini Bahayanya Dibalik Flexing
Hal ini mencakup pemahaman tentang bagaimana mengelola uang, membuat anggaran, memilih produk keuangan yang tepat, dan memahami risiko dan manfaat dari setiap keputusan keuangan yang diambil.
Bagaimana cara mengatur keuangan kita agar sehat? Ada rumus 50-30-20. Angka 50 artinya luangkan dana 50% dari pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, listrik, dan transportasi.
Baca Juga : UMKM “Go Digital” Menjadi Syarat Penting Memenangkan Persaingan
“Adapun 30 artinya alokasikan 30 % untuk rekreasi atau senang-senang. Sementara 20 adalah untuk tabungan atau investasi sebesar 20 % dari pendapatan bulanan,” katanya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. [*]
- Editor : Fatkhurrohim