News

Efek Negatif Gadget Pada Perkembangan Anak

WARTAEVENT.COM, Kab. Lumajang – Begitu banyak risiko ketika anak berlarut-larut dengan ponsel dan internet. Bahaya yang mungkin terlihat di permukaan hanya kecanduan, dan terpapar konten negatif. Padahal di dalamnya ada bahaya lain yang lebih harus diperhatikan yaitu cyberbully, pelanggaran privasi, pedofil online, dan radikalisme.

Mark B Kastlement dalam buku ‘The Drug of the New Millennium’ menyebutkan remaja 12 – 17 tahun adalah konsumen terbesar pornografi di internet. Sebanyak 9 dari 10 anak yang berusia 8 -16 tahun telah melihat pornografi di internet. Kebanyakan kasus, situs tersebut terakses tanpa sengaja ketika anak sedang menyelesaikan pekerjaan rumah, menggunakan kata kunci yang umum untuk mencari informasi atau gambar. Sementara data juga menyebutkan 62% orang tua dari remaja tidak menyadari anak-anak mereka telah mengakses situs yang tidak pantas.

“Ini yang harus kita pahami dulu. Bahwa peran orang tua adalah yang terpenting bagaimana kita mengendalikan apa saja yang didapatkan anak dari internet,” ujar I Gede Putu Krisna Juliharta, S.T.,M.T, Ketua Relawan TIK Provinsi Bali, dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (30/6/2021).

Pria yang juga berprofesi sebagai Wakil Ketua III STMIK Primakara tersebut menyebutkan beberapa sumber konten pornografi didapatkan anak, Dari gambar di media sosial, iklan yang muncul dari aplikasi, permainan, YouTube, video klip, image Google, sumber berita yang tidak terpercaya, situs kartun, aplikasi yang bermuatan konten dewasa, film, dan lagi sebagainya.

Lalu apa saja yang harus dilakukan orang tua? Yang jelas orang tua harus mau membuka pikiran untuk belajar mengenali platform apa saja yang digunakan anak. Apa yang mereka mainkan dan tonton. Selain itu orang tua juga harus sering berdiskusi dan menjaga komunikasi dengan anak. Serta mulai membimbing anak tentang tanggung jawab di ranah digital.

Cara paling aman adalah aktif memantau pemakaian gawai, membatasi akses terhadap situs tertentu dan melakukan pemantauan. Namun ada satu hal lagi yang bisa dilakukan terhadap anak.

“Ketika usia anak itu belum saatnya mereka memiliki ponsel. Maka semua fasilitas gadget itu statusnya meminjam orang tua. Dengan gitu kita bisa mengecek dan memeriksa penggunaannya. Biasakan dengan konsep meminjam. Karena ketika dia misalkan ulang tahun diberikan hadiah gadget ketika terjadi sesuatu Anda ingin mengambilnya atau memeriksa maka Anda sudah melanggar privasi anak dan muncul konflik anak dan orang tua Jadi biasakan meminjam saja,” jelasnya.

Ada Langkah-langkah mengasuh anak di era digital. Perkuat komunikasi dengan anak, bekali diri terus belajar, gunakan aplikasi parental control, buat aturan bersama, jadi teman dan follower anak di media sosial, bermain bersama anak di internet, dan jadilah teladan digital bagi anak.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (30/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara I Wayan Adi Karnawa (Relawan TIK Bali), Astin Meiningsih (Mafindo), Ediyanto (Dosen Fakultas Ekonomi), dan Key Opinion Leader Indi Arisa.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *