News

Saatnya Start-Up Digital Untuk Bersinergi Kolaborasi,

WARTAEVENT.COM, Kab. Tuban – Mengetahui bahwa perkembangan teknologi adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari, maka kita juga harus mulai berdaptasi. Salah satu bukti kemajuan teknologi dengan adanya e-commerce.

Aktivitas membeli atau menjual secara elektronik melalui jaringan internet. Proses e-commerce ini berupa pemasangan iklan, penerimaan order, pembayaran, bahkan sampai pengiriman.

“Segala hal yang berkaitan untuk mendukung transaksi jual beli online, bisa dikatakan e-commerce. Makanya ada beberapa golongan seperti e-commerce payment (pembayaran), e-commerce marketing tools, accounting software, itu juga merupakan e-commerce,” ucap Kemal Khoirur Rohman dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Rabu (30/6/2021).

Kemal juga mengatakan e-commerce itu tidak berdiri sendiri, tetapi gabungan yang akan menjalankan sebuah sistem dalam proses jual beli. Beberapa e-commerce di sini berkolaborasi dengan start-up digital yang lain. Jadi, e-commerce ini saling berintegrasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pembeli.

“Era seperti ini sangat berpotensi bagi para start-up digital untuk bersinergi kolaborasi,” tambahnya.

Jenis-jenis e-commerce juga banyak, ada yang sifatnya C2C (Customer to Customer) seperti bukalapak dan tokopedia, B2C (Business to Customer) seperti Zalora dan Alfaonline.com, B2B (Business to Business) seperti indotrading.com, dan Daily Deals seperti livingsocial.

Sifat C2C ini merupakan pembelian yang dilakukan ketika customer menjual dan yang membeli juga customer lainnya. Untuk B2C sendiri, adalah platform tidak mengizinkan customer lain berjualan atau mengupload barang di platform e-commerce. Untuk sifat B2B sendiri, ini cenderung untuk kebutuhan sesama pebisnis.

Dalam e-commerce sendiri ada tiga jalur pengenalan produk. Pertama, jalur soft selling yaitu membangun branding melalui digital marketing. Kedua, jalur hard selling yaitu menjual sesuai traffic produk terlaris di market place. Ketiga, jalur hibrid atau gabungan yaitu mengenali brand di Facebook, Instagram juga menjual di marketplace seperti Shopee dan Tokopedia.

“Mungkin secara penjualan sudah bagus, tetapi jika pondasi brandingnya masih kurang, berarti masih lemah. Sehingga perlu mempelajari lagi bagaimana penjualan sebuah produk,” jelas Kemal.

Alangkah baiknya memang dengan jalur hibrid, seperti bagaimana mengatur Instagram feed yang bagus dan menimbulkan interaksi antara penjual dan pembeli. Juga memasang produk di marketplace, seperti Shopee.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Rabu (30/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara M. Ali Mas’ud (Kepala Kompetensi Keahlian TIF SMK Manbaul Futuh Tuban), Andik Adi Suryanto (Dosen Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Ronggolawe), Fuad Hasan (Dosen Prodi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Jember), dan Prowo Arief Prayogo sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *