News

Adab Terjaga dengan Netiket di Era Digital

WARTAEVENT.COM, Kab. Mojokerto – Dua tahun sudah pandemi Covid-19, tradisi mudik Lebaran terasa beralih bentuk. Dulu, sebelum pandemi, jutaan kaum muslim apa pun kondisi ekonominya tetap memaksa pulang kampung mudik saat Lebaran. Ndak mudik ndak afdhol. Tapi pandemi membatasi itu menjadi tak bisa dilaksanakan dua lebaran ini.

Karena kondisi pandemi dan faktor kemajuan tranformasi digital, tradisi mudik jadi berubah, kini cukup lewat video call. Sekarang adab dan budaya mudik dipaksa berubah tradisi. Ada orang tua di Kebumen punya anak empat, satu di Jakarta lainnya di Kuala Lumpur, Surabaya bahkan Papua.

”Memang kurang afdhol, karena ndak bisa ketemu dan ndak bisa nyicipin kacang bawang dan nasi penggel opor tradisinya wong Bumen. Tapi ini konsekuensi pandemi dan solusi digital yang mau ndak mau jadi jembatan untuk bisa menjaga adab tradisi anak tetap bisa menghormat dan menjaga silaturahmi dengan orangtua,” ujar Sari Kusumaningrum, Presdir PT Juwita Bersinar Indonesia & Founder of The S media, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (05/10/2021).

Ia menambahkan, yang penting dipahami, baik bersilaturahmi di dunia maya maupun ketemu nyata di kelas kuliah, kita mesti menjaga etika. Di dunia maya disebut sebagai netiket alias internet etiket. Apa yang kita sampaikan di dunia nyata dan maya, mesti menjaga akhlakul kharimah, menjaga akhlak yang terpuji, dan kalau bisa menjadi insan kamil, teladan dan manfaat bagi orang sekitar.

“Kalau tata krama itu dijaga insya Allah kita selamat di dunia nyata maupun dunia maya, juga akhirat. Karena, keburukan yang kita tinggal di dunia maya disebut jejak digital akan abadi dan berdampak buruk buat kita di dunia nyata,” pesannya.

Ia juga menjelaskan, menjaga adab dan tata krama di dunia maya di era digital sama pentingnya dengan tata krama di dunia nyata. Karena memang kemajuan teknologi memunculkan tantangan baru dalam berinteraksi di dunia baru yang tak terbatas, namun tetap dengan manusia yang berhati dan perasaan. Karena itu, tetap menghormati warganet sama pentingnya dengan menghormati keluarga dan tetangga kita.

“Jangan mudah mempercayai informasi yang banjir tanpa batas di internet. Ingat, kalau televisi yang ratusan channel memunculkan banyak informasi kita di Indonesia dari 274 jutaan penduduk ada 170 jutaan warganet yang bisa punya beberapa akun, dan mereka tiap hari juga produksi postingan dan sebar konten, makin penting untuk kita budayakan saring dan checking informasi yang ada agar tetap menjadi warga berbudaya dan berkeadaban,” ujarnya.

Checking sebelum sharing itu kunci menjaga jejak digital kita tetap bagus dan tak merusak nama baik kita di masa depan. Kalau belum mampu membuat konten yang bermanfaat, ya, menjadi penerus sharing konten orang, tapi mesti seleksi dulu apakah konten itu bermanfaat buat masyarakat, juga buat keluarga kita. Jangan karena sembarang sharing, kita malah dituduh penyebar informasi bohong.

“Asal sebelum nge-share kita selalu mengecek kebenaran infonya, penting tidaknya dan jaga agak tak berdampak hukum, kita bisa selalu jaga diri kita tetap beradab dalam interaksi sosial di dua dunia yang kita genggam di ponsel kita ini,” tuturnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (05/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Erwan Adi Saputro (Dosen UPN Veteran Jawa Timur), Muhammad Alvin Al Huda (CEO CV. Huni Raya Group), Koe Kenny (Head of Sukses Polindo Mandiri (SPM)), dan Muhammad Umar (CEO CV. Sekoncoan Group), Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *