Event

Dari Teori Drama Turki Terkonseplah Pesona Jagir Festival

Warta Event – Ciamis. Hanya dalam hitungan jari, jika mau jujur untuk menilai mengenai konsep hallmark event yang ada di tanah air yang memang benar-benar orisinil, mengangkat keariifan lokal, menggerakan perekonomian dan peran serta masyarakat.

Dalam pantauan tim redaksi Warta Event, beberapa event tersebut adalah Jember Fashion Carnaval di Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur, Dieng Culture Festival di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, Festival Teluk Jailolo di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur dan yang terakhir adalah Pesona Jagir Festival di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

Bukan tanpa alasan, mengapa Pesona Jagir Festival di Ciamis masuk dalam radar sebagai hallmark event yang benar-benar orisinil dan mampu menggerakan serta ada rasa memiliki yang begitu kuat dari masyarakatnya itu sendiri.

Jagir Festival adalah cermin hallmark event yang mampu mengangkat kearifan seni dan budaya lokal yang disajikan dalam ‘panggung’ festival. Muatan seni, budaya bahkan religi terkonsep secara runut dan matang dalam panggung tersebut. Dan, semua unsur tersebut marwahnya bermula dari Tatar Tanah Galuh.

Festival Jagir (4)

Wawan Gunawan, sang kreator Pesona Jagir Fesitaval menuturkan, sebelum event ini terbentuk ia mengaku melakukan penelitian dahulu, seperti melihat kebiasaan masyarakat, mengumpulkan potensi masing-masing daerah, kemudian meracik dan mengemasnya menjadi suatu festival.

Kang Wawan, begitu ia disapa oleh penduduk setempat, mengaku, jika dirinya menggunakan teori rekonstruksi drama Turki untuk mengkonsep event pesona Jagir Festival. Semua bermula dari cara mengkonstruksi ulang dengan struktur baru. Dari konsep lama ke hal yang baru.

“Bagi penduduk setempat menyaksikan atraksi budaya seperti Bebegig, Ebek, Wayang Ajen adalah hal biasa. Kemudian ada ritual mengambil air suci di suatu tempat yang sakral bagi mereka pun sudah dianggap rutinitas biasa. Menjadi hal baru, manakala beragam atraksi tersebut dikemas dalam satu panggung dan berlangsung pada hari yang sama,” ujarnya.

Apalagi, jika semua itu dikaitkan dengan pariwisata. Musti diramu dengan tepat dan hitungan yang akurat. “Dalam disiplin ilmu pariwisata itu ada beberapa hal yang harus diperhitungkan, Durasi harus singkat dan padat, tidak sakral, harga relatif murah dan mudah dijangkau, tidak mengikat, dan manpu memberikan pengalaman batin. Sebab itu semua yg mampu membuat mereka kembali lagi ke sini,” ungkap Kang Wawan.

Festival Jagir (1)

“Untuk mengumpulkan dan menjadikan mereka tampil dalam satu panggung pun tidak mudah. Sebab, masing-masing seniman memiliki idealism dan pakem masing-masing,” urai Kang Wawan.

Wawan mencontohkan, atraksi seni budaya Ebek-ebek misalnya, ini merupakan seni tradisi hasil akulturasi budaya Jawa dan Sunda. Mereka (baca:pelaku seninya) harus saling kompromi. Kemudian dari sisi waktu pertunjukan menurut pakem (aturan kebiasaan seniman) durasinya sangat panjang, bisa setengah hari.

“Ketika mereka kita konsep dalam satu panggung, mereka harus rela memotong durasi pertunjukan jadi lebih pendek tanpa mengurangi makna dari atraksi pertunjukan mereka. Mulanya sempat ada penolakan dari mereka,” aku Kang Wawan.

Menyatukan Marwah Seni Budaya Tatar Tanah Galuh

Perlahan namun pasti, Wawan mampu mengikis kesulitan-kesulitan yang selama ini menjadi idealisme para seniman tersebut, hingga akhirnya mau dan terus berpartisipasi bahkan sekarang mereka merasa event ini harus terus berjalan.

 

Festival Jagir (2)

Untuk menjadikan Jagir Festival menjadi hallmark event yang berkualitas, bernilai ekonomis dan berdayasaing global, Ia pun memilih tempat yang lapang, dekat dengan potensi destinasi wisata dan atraksi wisata lainnya.

Desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, adalah tempat yang menurutnya logis untuk menjadi gelaran dan panggung seniman daerahnya. Maka dipilih lah Lapangan Jayagiri.

Lapangan Jayagiri, memiliki view dengan latarbelakang Gunung Sawal. Dan gunung ini membentang hinga ke tiga kecamatan. Tak hanya itu, dari bukit ini pun terpampang potensi wisata yang cukup bagus seperti wisata religi dan wisata adventure menggunakan motocross.

“Tempat ini dipilih karena menjadi tempat aktivitas masyarakat. Kemudian banyak komunitas adventure seperti motocross yang datang kemari. Dan, jika Bandara Kertajati sudah jadi tempat ini dapat ditempuh selama 30 menit,” papar Kang Wawan.

Festival Jagir (3)

Secara formulasi 3A (Atraksi, Amenitas Aksesbilitas) lokasi penyelenggaraan memang masih kurang. Terutamanya Akesbilitas dan Amenitas. “Aksesbilitas tidak lama lagi akan terjawab dengan hadirnya Bandara. Kemudian untuk Amenitas bisa dijawab dengan homestay. Rumah-rumah penduduk pun sekarang sudah dapat dijadikan homestay,” pungkasnya.

Bagi Wawan, poin terpentingnya adalah masyarakat sekitar menyadari akan potensi event ini kemudian mereka merasa memiliki, baru setelah itu dijual ke mancanegara. Komitmen dari pemerintah daerah, komunitas, pelaku usaha dan media pun sudah mulai terlihat memberikan dukungannya.

Dari sisi pelaksanaan event, sebegai bentuk konsistensi penyelenggaraan dan sebagai event yang mampu dijual ke pasar pun sudah konsisten. “Jagir Festival selalu diselenggarakan satu minggu menjelang bulan suci Ramadhan. Pelaksanaan harinya selalu di hari sabtu dan minggu setiap tahunnya,” tegas Kang Wawan yang juga seorang dalang.

Esthy Reko Astuti, Deputi Pengembangan Promosi Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata menyatakan, pemerintah, selalu mendukung secara konsisten atas suatu event yang memiliki atraksi, didukung sama komitmen pemerintah daerah dan komunitas. “Prasyarat ini menjadi trigger untuk mengembangkan event di daerah,”

Festival Jagir (5)

Event seperti Jagir Festival ini adalah salah satu yang digerakan oleh masyarakat, komunitas dan disambut sama pemerintah derah serta pemerintah pusat maka sangat layak untuk dikembangkan dan dipromosikan.

“Jagir ini sudah bagus secara konsep dan sangat memungkinkan berumur panjang, untuk itu pemerintah akan terus mendukung dari sisi regulasi dan fasilitasi. Cuma memang harus terus dikemas lebih bagus lagi,” ucap Esthy.

Pada kesempatan tersebut, Esthy pun menggaransi, selama event itu didukung penuh oleh masyarakat, pemerintah daerah, komunitas dan media pasti akan selalu hidup. Sebab saat ini tren wisatawan banyak yang berkunjung dengan melihat event daerah. [Fatkhurrohim]