Ekonomi

Enam Bulan Pasca Gempa Lombok Ini Yang Mereka Rasakan

wartaevent.com – Lombok.  Sudah enam bulan berlalu gempa dengan kekuatan 7.2 scala richter (SR) meluluhlantakan Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Lombok Bangkit yang menjadi program pemerintah pusat dan daerah pun telah digulirkan. Meski demikian, program tersebut masih dirasakan lamban untuk mengembalikan ekosistem pariwisata Lombok.

Para pelaku usaha mulai dari perhotelan, kafe, hingga jasa wisata mengaku wisatawan yang datang ke Lombok masih sepi. Rentetan bencana sebelum gempa di Lombok seperti erupsi Gunung Agung, pun turut menjadi pemicu berkurangnya wisatawan bertandang ke Gili Trawangan.

Baca Juga : Memaacu Target Kunjungan Wisman di Tengah Krisis Bencana Alam

Emanuel Prasojo Aji, General Manager, Aston Sunset Beach Resort Gili Trawangan, mengatakan, sebelum gempa di bulan Agustus 2018, kondisi pariwisata atau okupansi penginapannya sangat bagus. Wisman dan wisnus sedang booming, prosentasenya berbanding lurus.

“Saat high season (Juni, September dan Desember) antara tahun 2014-2015 okupansi mencapai 100 persen, bahkan cenderung over load. Kemudian pada tahun 2016-2017 ada beberapa rentetan bencana alam seperti erupsi Gunung Agung, terjadi penurunan 20 persen,” ungkap Emanuel, saat memberi keterangan pers di hotel Aston Sunset Beach Resort Gili Trawangan, (21/02/2019) lalu.

Emanuel, kembali menjelaskan, sebelum gempa, jumlah kunjungan wisman yang Gili Trawangan mencapai 1.000-3.000 orang per hari. Kini, setelah gempa hanya 900 orang per hari. “Okupansi hotel saat low season hanya diangka 25-30 persen. Untuk high season sampai 40 persen, sebab masih banyak hotel maupun resort yang belum buka,” katanya.

Untuk meningkatkan kembali okupansi hotelnya, Aston Sunset Beach Resort Gili Trawangan pun terpaksa jemput bola. “Untuk mengetahui bahwa hotel kita dan pulau Gili Trawangan sudah mulai beroperasi, terlebih dahulu menginformasikan via online ke beberapata travel agent. Kemudian kita mengundang 40 travel agent lokal dan luar negeri untuk merasakan kenyamanan pasca gempa,” tambah emanuel.

Baca Juga : Pariwisata di NTB Terus Dipulihkan

Ada karakteristik yang berbeda antara wisman dan wisnus. “Wisatawan domestic masih takut untuk datang ke Gili Trawangan. Akan tetapi tidak demikian dengan wisman. Bencana alam bagi mereka lazim terjadi dimanapun. Justru yang mereka takutkan adalah terorisme,” terangnya kembali.

Diakui oleh Emanuel, bahwasanya saat ini pertumbuhan wisatawan untuk ke Gili Trawangan masih lamban. Jumlahnya masih antara puluhan hingga ratusan orang dalam beberapa waktu. Hal ini karena, banyak wisman mengira jika Gili Trawangan masih dalam proses renovasi.

Dari beberapa penuturan pemilik hotel di Gili Trawangan yang ditemuinya, kata Emanuel, mereka mengaku masih dipusingkan dengan belum adanya keputusan yang pasti terkait pembuangan sampah, harganya pun masih realtif mahal. Padahal tempat pembuangan sampah ini sangat penting untuk membersihkan puing-puing reruntuhan pasca gempa.

Para pelaku pariwisata di Gili Trawangan pun berharap, baik pemerintah pusat maupun daerah dapat memberikan bantuan soal pembangunan infrastruktur seperti jalan, agar kembali terlihat rapih sehingga mampu menarik kembali minat wisatawan dating ke Gili Trawangan. Selain itu, industri pun mengaku bahwa faktor pencairan dana dan proses asuransi pun cukup lama. Kemudian sirine dan  atau alat pendeteksi gempa pun belum ada.

Baca Juga : Pariwisata NTB Musti Dipercepat Kembali Kehidupan Ekosistemnya

Sementara itu, Lalu Widianing Artha, Ketua Lombok Promotion Team sekaligus Koordinator Dewan Kode Etik Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) BPD NTB, menyatakan, justru menyayangkan banyaknya pemberitaan yang masih menggambarkan bahwa Gili Trawangan masih belum pulih.

“Tamu (wisatawan) itu takut karena pemberitaan yang positif ini belum banyak. Hanya 10 persen media yang memberitakan positif. Selebihnya negatif. Akibatnya, ini dimanfaatkan oleh sejumlah oknum yang masih mengharapkan bantuan. Apalagi yang sudah mempunyai donator. Ini yang kita lawan,” ungkap Lalu Widianing di Gili Trawangan.

Untuk menumbuhkan kembali gairah agar wisatawan bertandang ke Lombok, HPI dan sejumlah relawan di Gili Trawangan menggalang dana untuk kampanye serta meyakinkan bahwa Gili Trawangan dan Lombok itu aman. “Akhir Januari 2019 lalu kita kampanye ke Pulau Jawa, Yogyakarta—Tebing Breksi, dan Borobudur, meyakinkan ke para wisatawan yang berkunjung di destinasi tersebut, bahwa Lombok itu aman,” pungkasnya.

Baca Juga : Kunjungi Lombok Pasca Gempa, Menpar Fokuskan Tiga Program Lombok Bangkit

Dan, kampanye yang dilakukan oleh Lombok Promotion Team ini berbuah manis. Seminggu setelah kampanye Lombok Aman yang menggunakan metode mengunggah foto 3D dengan latar belakang keindahan Lombok ke jejaring Instagram tamu dari Pulau Jawa sudah mulai berdatangan. Dan upaya ini akan terus dilakukan setiap bulannya, agar jumlah kunjungan wisatawan ke Lombok kembali normal. [*]