Travel

GBK dan JSC Mencari Celah Bisnis di Pariwisata

Wartaevent.com – Palembang. Usai penyelenggaraan ASIAN Games dan ASIAN Para Games, dua stadion besar di Indonesia yakni Gelora Bung Karno (GBK) dan Jakabaring Sport City (JSC) mempunyai pekerjaan rumah yang sangat berat. Tidak hanya direpotkan soal pembiayaan perawatan dan menjaga agar fasilitas berstandar internasional itu tetap terjaga.

Kedua stadion yang telah mengantongi sertifikasi dari AFC ini pun harus berusaha agar revenue bisnis mereka terus bertambah sehingga mampu menutupi biaya operasional yang jumlahnya sangat besar per tahunnya.

Gatot Tetuko, Direktur Utama Gelora Bung Karno, dalam Workshop Pengembangan Wisata Olahraga yang mengangkat tema “Potensi bisnis sport event dalam meningkatkan dampak ekonomi bagi destinasi tuan rumah penyelenggara” hari Jum’at (26/10/2018) kemarin di Palembang, Sumatera Selatan, mengatakan, biaya operasional GBk per tahunnya mencapai lebih dari Rp100 miliar per tahun.

Hal ini, kata Gatot, harus memutar otak bagaimana stadion yang menjadi ikon Indonesia harus tetap beroperasi, perawatan terus terjaga, dan sisi bisnisnya (revenue) terus meningkat. Ada dua model untuk meningkatkan revenue, pertama, dengan cara lama seperti menjadikan GBK sebagai sport event, penyelenggaraan event festival mulai dari pameran, konser musik, dan lainnya. Kemudian revenue pun bisa di dapat dari outdoor dan indoor media.

“Festival musik nampaknya yang paling banyak diminati. Bulan depan, GBK akan menjadi saksi sejarah bagi Indonesia. Sebab, untuk kali pertamanya Guns n Roses bakal tampil kembali setelah dinyatakan bubar. Mereka akan reuni di Jakarta. Selama lima hari mereka akan di Jakarta, mulai dari latihan sampai dengan pementasan,” ungkap Gatot.

Tak hanya itu, beberapa nama grup band dan musisi dunia pun akan melakukan konser di GBK diantaranya, Franz Ferdinand, Fourtwnty Elephant Kind. Kemudian Java Jazz Festival pun sedang dijajaki agar penyelenggaraannya bisa di GBK. Untuk yang akan berlangsung dalam bulan ini dari sport event yaitu Indonesia Clor Run dan Electric Jakarta Marathon yang semua akan berlangsung pada (28/08/2018) esok.

Kedua, GBK melakukan model pendekatan bisnis yang menyesuaikan jaman kekinian. Perkembangan teknologi digital pun masuk dalam frame work peningkatan revenue. Diantaranya yaitu membangun partnership dengan perusahaan e-comerce. Selanjutnya GBK pun menyewakan co working space bagi para pelaku bisnis startup yang isinya para millenial kreatif.

Tidak dipungkiri, jika teknologi informasi turut berperan dalam perkembangan pasar. “Untuk itu, saat renovasi GBK secara besar-besaran, kami pun telah membenamkan fiber optic dengan kualitas tinggi untuk menarik market ini. Beberapa operator ternama pun berhasil kita dapatkan. Hasilnya, sekarang GBK menjadi kantor untuk Go Food, dan para pemilik startup dari generasi millenial,” terang Gatot.

 

Membidik Wisatawan Millenial

Perubahan besar yang ditandai dengan wajah baru GBK, ternyata menarik minat para komunitas dan personal netizen. Lagi-lagi, dua mega sport event ASIAN Games dan ASIAN Para Games menjadi trigernya. Banyak netizen yang datang ke GBK dan JSC hanya untuk sekedar swafoto (selfie).

“Mungkin masih ada yang ingat ketika final Piala Presiden, saat supporter tim Persija merusak beberapa fasilitas yang ada, para netizen pun langsung membela GBK. Secara tidak langsung, GBK merasa diuntungkan dengan Netizen. Mereka (netizen) sudah merasa memiliki dan atau tidak rela jika stadion kebanggaan mereka dirusak,” terang Gatot.

Dari data social media yang di himpun tim GBK sejak dari peresmian GBK oleh Presiden Jokowi dilanjut dengan pertandingan timnas Indonesia VS Islandia, pengrusakan GBK oleh Supporter Persija, tidak termasuk ASIAN Games, total reach mencapai 239.382.706 dengan total impression sebesar 6.132.064.438.

Untuk itu, GBK pun menaruh perhatian serius ke para millenial untuk dijadikan pangsa pasar potensial. “Saya berfikir seperti ini, para millenial ini kita siapkan paket tour seperti napak tilas keberhasilan ASIAN Games dan ASIAN Para Games di GBK. Mereka akan kita ajak melihat stadion masing-masing cabang olahraga, biarkan mereka selfie lalu mengunggahnya ke sosial media mereka,” jelas Gatot.

Ditambahkan oleh Gatot, untuk paket tersebut pihaknya membuka diri untuk setiap institusi pendidikan dan atau keluarga yang ingin merasakan pengalaman bertandang ke stadion yang memiliki aset senilai Rp370 triliun ini.

Untuk strategi lain agar GBK tidak sepi saat weekend, pihaknya pun menyediakan paket meeting layaknya di hotel. “Mungkin selama ini para korporasi bosan dengan meeting di hotel. GBK siap menampung. Sebab kita memiliki fasilitas yang bagus seperti keamanan, kenyamanan, internet bagus, dan sudah sesuai apa yang menjadi pra syarat untuk meeting,” rincinya.

Hal senada pun diutarakan oleh Bambang Supriyanto, Presiden Direktur Jakabaring Sport City (JSC). Menurut Gatot, dengan menjadikan destinasi pariwisata sebagai daya tarik adalah langkah tepat untuk menjaga dan merawat keberlangsungan stadion kebanggaan mereka.

Untuk itu, ujar Bambang, JSC menjalin kerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi dan Kota Palembang, ASITA, PHRI, ASPERAPI, dan para organizer untuk meningkatkan revenue di luar cabang olahraga. Hasilnya pun direspon positif.

“Belum lama ini ada event organizer (EO), yang menjadikan venue beach bolley saat di ASIAN Games untuk menggelar event beach party. Kemudian, nanti saat akhir tahun bakal digelar konser musik yang konsepnya cukup unik dengan panggung di atas danau. Lokasinya nanti di Jakabaring Rowing & Canoeing Regatta Course,”

Masih menururt Bambang, JSC pun membuka diri untuk para korporasi dan atau wisatawan grup yang akan merasakan pengalaman bowling yang saat ini menjadi satu-satunya arena bowling yang menggadopsi teknologi tercanggih di dunia.

“Kami juga tengah mempersiapkan paket wisata dengan stakeholders pariwisata yang menginginkan merasakan sensasi menembak di gelanggaang panahan dan tembak. Di arena tembak, nanti wisatawan akan diperlakukan layaknya seorang atlit tembak dan panahan. Mereka diberikan atribut yang komplit, kemudian mereka selfie dan menceritakannya di ranah sosial media mereka masing-masing,” pungkas Bambang.

Upaya-upaya ini harus dilakukan agar biaya perawatan yang berstandar internasional ini terus terjaga. “Sebagai informasi kecil saja, biaya listrik yang di tanggung JSC untuk satu venue seperti di gelanggang tembak ini mencapai Rp120 juta per bulan,” tutup Bambang saat tour di JSC Jum’at (26/10/2018) kemarin di Palembang. [Fatkhurrohim]