News

Indonesia Terkendala Dana & Teknologi Untuk Mempopulerkan Wisata Kuliner dan Belanja

Warta Event – Jakarta. Untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara tujuan belanja dan kuliner bagi wisatawan asing (wisman) harus banyak hal diperbaiki. Jika untuk mendatangkan wisatawan nusantara (wisnus) tidak menjadi masalah.

“Akan tetapi jika untuk mendatangkan wisman banyak isu yang harus diperbaiki,” ungkap Menteri Pariwisata, Arief Yahya dalam jumpa pers penyelenggaraan event Wonderful Indonesia Culinary & Shopping Festival (WICSF) 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor  Kemenpar, hari Selasa  (18/9/2018) kemarin.

Menpar Arief Yahya didampingi Ketua Umum DPP APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia ) Stefanus Ridwan, menjelaskan, tiga hal yang harus diperbaiki dalam kuliner yakni, nation’s food, destinations food, tersebarnya restoran diaspora Indonesia di banyak negara.

“Sebagai perbandingan, Thailand memiliki Tom Yam sebagai nation’s food dan banyak destinasi wisata kuliner serta 16.000 restoran Thai tersebar ke seluruh dunia. Kita menetapkan Soto sebagai nation’s food ditambah empat  makanan (rendang, nasi goreng, sate, dan gado-gado) sebagai nation’s food versi Kemenpar,” imbuh Menpar.

Saat ini, Indonesia memiliki destinasi kuliner seperti Bali, Bandung dan Joglosemar (Jogya, Solo, dan Semarang). “Kalau mengikuti cara Thailand yang memberikan soft loan sekitar Rp1,5 miliar per restoran kita tidak mempunyai anggaran,” ujar Menpar.

Untuk itu sebagai solusinya, Kemenpar menggandeng 10 restoran diaspora di mancanegara untuk melakukan co-branding Wonderful Indonesia.  Mereka menyajikan  nation’s food : Soto, rendang, nasi goreng, sate, dan gado-gado.

Pun begitu halnya dengan wisata belanja. Indonesia hingga kini belum menjadi surga belanja bagi wisman. Hal ini karena terkendala  antara lain teknologi dan regulasi di antaranya penerapan tax refund.

“Saya mengusulkan agar memperbanyak factory outlet store yang didekatkan dengan kemudahan fasilitas pelayanan tax retund claim. Sebagai perbandingan Singapura menerapkan kemudahan claim tax refund  claim  sebesar Rp1 juta per kwitansi atau $Sing 100 per 3 kwitansi, sedangkan di kita  Rp5 juta/kwitansi,” urai Menpar Arief.

Seperti diketahui rata-rata pengeluaran wisman selama berkunjung di Indonesia mempunyai pengeluaran sebesar US$ 1.100/orang, sedangan untuk  wisnus sebesar Rp800.000/ orang per kunjungan. Dari pengeluaran ini  sekitar 30-40 persen digunakan untuk membeli makanan dan belanja oleh-oleh. Pemerintah tahun 2018 mentargetkan 17 juta kunjungan wisman dan 270 juta wisnus. [Fatkhurrohim]