News

Kemenpar Diharapkan Memberi Ruang Lebih Untuk MICE

Warta Event – Medan. Jika mau mengacu pada data yang dikeluarkan oleh ICCA pada tahun 2012 lalu yang menyebutkan bahwa business tourist atau Meeting Incentive Convention Exhebition (MICE) yang membelanjakan uangnya  tujuh kali lipat dibandingkan dengan lesuire tourist, semestinya Indonesia harus memiliki prioritas terhadap pertumbuhan dan perkembangan industri MICE tanah air.

Untuk sekedar benchmarking atau perbandingan, Negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand mencatat, bahwasannya, wisatawan MICE yang datang ke Malaysia membelanjakan uangnya tiga kali lipat disbanding wisatawan leisure. Sedangkan Negara Thailand mencatat 3.5 kali lipat disbanding wisatawan leisure.

Hosea Andreas Runkat, Ketua Tim Percepatan MICE 2018 Kementerian Pariwisata (Kemenpar), harus di akui, Indonesia dalam hal ini lemah terhadap inventarisir data kunjungan dan belanja para wisatawan MICE yang datang ke Indonesia. Padahal, potensinya sangat besar.

Untuk itu, kata Andreas, yang juga menjabat sebagai Direktur Venue di JCC, menambahkan, pemerintah, bersama dengan suasta, dan stakeholders MICE harus saling bekerja sama untuk menginput data.

“Sebenarnya upaya menginput data ini sangat mudah. Kita hanya meminta bantuan dari rekan-rekan asosiasi untuk menginformasikan ke pemerintah setiap ada penyelenggaraan event mulai dari durasi, jumlah kunjungan dan nilai transaksi,” ujar Andreas usai ditemui saat menggelar Workshop Percepatan Pengembangan Wisata MICE Destinasi di Kota Medan (04/10/2018) kemarin.

Data dari World Travel & Tourism Council (WTTC) pun menyebutkan, bahwa Indonesia pada tahun 2017 porsi pengeluaran business tourist sebesar 24,8 persen. Pada tahun sebelumnya 25,2 persen, bandingkan dengan Singapura sebesar 42,5 persen dan Malaysia sebesar 48,7 persen.

“Menghitung jumlah wisatawan MICE itu sebenarnya sangat mudah, dalam satu tahun ke depan pun sudah dapat dihitung. Sebab, tolok ukurnya jelas. Setiap asosiasi itu mempunyai data seperti jumlah pameran berapa kali dalam setahun kedepan,” ungkap Andreas.

Itu sebabnya, Andreas menyarakan ke pemerintah, agar memiliki badan atau struktur khusus yang menangani wisatawan MICE. “Dulu, di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memiliki struktur khusus yang menangani wisatawan MICE. Akan tetapi sekarang jangkauan MICE di Kemenpar justru mengecil. Kalau bisa, lembaga dan atau struktur tersebut dihidupkan kembali,” tambah Andreas.

Sebagai informasi, pada tahun 2012 hingga akhir tahun 2015, Kementerian Pariwisata telah memetakan beberapa daerah di Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi MICE. Hasil dari pemetaan tersebut, Kemenpar telah berhasil mendapatkan data bahwa ada 16 daerah atau kota yang berpotensi.

Ke 16 daerah tersebut yakni, Batam, Medan, Padang, Bintan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, Makassar, Balikpapan, Manado. Dari ke 16 tersebut kemudian di fokuskan pada tujuh destinasi MICE yang dipromosikan oleh Kemenpar yaitu, salah satunya adalah Kota Medan. [Fatkhurrohim]