News

Menjadi Pelopor Masyarakat yang Cakap Digital dan Anti Konten Negatif

WARTAEVENT.COM, Kab. Pamekasan – Menjadi pelopor masyarakat digital berarti mampu menyampaikan (verbalisme), menunjukkan (contoh), dan mempraktikkan (aksi) untuk sekelompok individu yang hidup dan berkembang di suatu kondisi kehidupan atau zaman dimana semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah dipermudah dengan adanya teknologi.

“Masyarakat digital umumnya tumbuh dan memiliki kecakapan terkait Ilmu Pengetahuan dan teknologi (keterampilan), produk masyarakat (budaya), sikap dan perilaku (etika), daya tahan dan perlindungan (keamanan),” ujar Muhammad Luthfi Hamdani, Dosen Bisnis Digital AKBARA Surakarta, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Senin, (29/11/2021).

Ia mengharapkan, digital native mampu menjadi pelopor masyarakat digital. Digital native mengacu pada generasi yang tumbuh berkembang di tengah-tengah teknologi digital atau di era teknologi informasi, yakni generasi Y dan generasi Z yang kini usianya di bawah 40 tahun.

Lanjutnya, digital native bukan berarti mengerti teknologi, meskipun 83% milenial mengaku tidur dengan smartphone-nya. Belum lagi 58% milenial memiliki keterbatasan kecakapan (digital skills) dalam memecahkan masalah terkait teknologi digital.

Digital skills adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital. Kecakapan itu meliputi: lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital,” ujarnya.

Kemampuan digital skills milenial terhadap lanskap digital, berarti mampu memahami nama kolektif yang menggambarkan tentang lingkungan situs web, email, jejaring sosial, perangkat seluler (tablet, iPhone, smartphone), video (YouTube), dan lainnya. Di samping itu mereka juga mesti paham persoalan perangkat keras maupun piranti lunaknya.

“Perangkat keras seperti komputer dekstop, notebook/laptop, netbook, tablet, dan telepon pintar. Adapun piranti lunak, misalnya driver atau divice, sistem operasi, dan aplikasi yang semuanya terhubung dengan jaringan internet,” tuturnya.

Ia menyatakan, masyarakat digital abad 21 merupakan masyarakat yang identik dengan corak berinteraksi menggunakan teknologi digital dan terbiasa berinteraksi menggunakan media baru. “Implementasi masyarakat digital bukan hanya hadir secara fisik, tetapi virtual dengan berbagai platform,” katanya.

Masyarakat digital itu menggunakan perangkat digital pada pelayanan publik dan kontribusi masyarakat (digital citizenship). Contohnya: pembuatan KK, KTP, NPWP, maupun aduan masyarakat. Selain itu, masyarakat digital menggunakan perangkatan digital dalam kehidupan sehari-hari (digital lifestyle).

“Untuk berkomunikasi, mendapatkan informasi, melakukan aktivitas berkomentar, menyebarkan berita, mencari pakaian yang lagi tren, dan lainnya,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, masyarakat digital itu juga menggunakan perangkat untuk aktivitas ekonomi, bisnis, perdagangan maupun bertransaksi bisnis melalui berbagai platform (digital commerce).

“Menjadi pelopor masyarakat digital, dasarnya adalah Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yakni mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila di ruang digital sekaligus membebaskan ruang digital dari konten negatif, seperti: pornografi, ujaran kebencian, pelanggaran hak cipta, cyberbullying, kekerasan, malware, perjudian, penipuan, narkoba, kabar bohong (hoaks), SARA, maupun radikalisme hingga terorisme,” ucapnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Senin (29/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Muhammad Dzikrullah H Noho (Dosen UNHASY Jombang), Khamaidi (Manager SDM CV Hilmayada SHIP Building), Naghfir (Praktisi Hukum dan Dosen UIN Malang), dan DR. Adinda Adia Putri (Medical Doctor) sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply