News

Seberapa Penting Detoks Media Sosial? Ini Alasannya

WARTAEVENT.com – Malang. Kemajuan teknologi memang sangat membantu segala aspek dalam kehidupan Anda, seperti mencari informasi dan bersosialisasi. Akan tetapi, terlalu sering menggunakannya justru dapat mengakibatkan kecanduan media sosial yang justru akan berpengaruh pada kualitas hidup Anda.

Hal itu disampaikan, Zulham Mubarak, Ketua Umum Milenial Utas & Komisaris PT. Agranirwasita Technology Indonesia, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (13/10/2021) pagi.

Lanjutnya, jika mulai merasa bahwa hidup terlalu sering dihabiskan untuk berselancar di sosial media, mungkin ini saatnya Anda melakukan detoks media sosial.

Ia menambahkan, detoks media sosial biasanya dilakukan dengan mengurangi penggunaan atau bahkan mengentikannya sama sekali. Hal itu bisa membantu mereka melihat kembali apa yang sudah mereka tinggalkan di kehidupan nyata.

“Kecanduan terhadap apapun, termasuk media sosial dan teknologi, bisa membawa dampak buruk bagi kehidupan Anda. Mulai dari kesehatan, hubungan keluarga dan pertemanan, hingga kepribadian Anda bisa saja terpengaruh akibat ketergantungan media sosial,” paparnya.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda mungkin memerlukan detoks media sosial:

  1. Memengaruhi kesehatan mental

Salah satu dampak yang cukup mengkhawatirkan dari penggunaan media sosial yang berlebihan adalah meningkatkan risiko gangguan mental, seperti depresi. Sebuah penelitian dari BMC Public Health mengungkapkan anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun dan aktif di internet dapat berdampak negatif hingga mereka dewasa nanti. Hal tersebut dikarenakan sedari kecil sudah terpapar dengan standar kesuksesan atau kecantikan yang begitu tinggi dan mungkin “semu” di media sosial. Akibatnya, ketika anak-anak tersebut tumbuh dewasa, mereka merasa tidak pernah puas dengan hasil yang didapat. Hal tersebut dapat berujung pada depresi. Detoks media sosial bertujuan meminimalisir risiko untuk terus menganggap standar-standar tertentu yang beredar di media sosial.

  1. Mengurangi keintiman dalam hubungan apapun

Ketika kecanduan media sosial, sadar atau tidak sebenarnya Anda sedang mengurangi kualitas waktu di dalam hubungan. Tak hanya asmara, tapi juga hubungan persaudaraan, hubungan kerja, pertemanan, dan hubungan lain. Anda mungkin mengabaikan orang yang berada di samping Anda dan fokus menatap layar ponsel. Belum lagi jika berinteraksi dengan teman atau siapapun di media sosial. Kelemahan media sosial adalah adanya keterbatasan dalam berinteraksi. Salah-salah, justru dapat menimbulkan salah paham. Orang kecanduan media sosial cenderung hanya melihat seberapa banyak tanggapan yang didapat ketika ia mengunggah sesuatu, ketimbang memikirkan dampaknya pada orang lain.

  1. Mengganggu kesehatan fisik

Tidak hanya memperburuk kesehatan mental, kesehatan fisik yang terganggu juga bisa jadi salah satu alasan yang perlu Anda pertimbangkan ketika memutuskan melakukan detoks/mengurangi penggunaan media sosial.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, (13/10/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara, Eni Mahzumah (Guru SMKN 1 Tambakboyo), DT Yunanto (Co-Founder AutoSultan Komunitas AutoTrading Forex), Dhimas Dwi (Dosen Bahasa Inggris Polinema & UB Malang), dan Eka Tura Johan (Profesional MC & TV Presenter) sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)

Leave a Reply