HangoutTravel

Soto Kebo Simbol Toleransi Lewat Kuliner

Warta Event-Kudus. Mendengar nama soto kebo, rasanya agak asing bagi kebanyakan pemburu kuliner. Biasanya masyarakat lebih familiar dengan soto sapi maupun soto ayam. Tapi hebatnya, soto kebo ini sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Demak, bahkan menjadi ikon kuliner khas Kudus.

picsart_01-09-12-32-12

Soto Kebo memiliki sejarah panjang dalam haritage cuisine asli Indonesia, khususnya daerah Jawa Tengah. Konon kuliner yang satu ini merupakan peninggalan Sunan Kudus, salah satu Wali Songo yang menyebarkan siar Islam di wilayah Kudus, yang mayoritas masyarakatnya saat itu memeluk agama Hindu.

Sapi bagi umat Hindu dianggap sebagai hewan suci. Binatang ini dalam kepercayaan Hindu di tasbihkan sebagai tunggangan dewa Shiwa. Maka dari itu, umat Hindu sangat menghormati dan tidak mengkonsumsi daging sapi. Begitu pun bagi masyarakat Kudus, yang saat itu masih menganut agama Hindu yang taat. Sapi dipercaya hewan suci, pantangan besar untuk menyembelih dan memasaknya.

Sunan Kudus pun dalam melakukan syiar Islam dengan cara berbeda agar tidak menyinggung warga lokal yang masih menganut agama Hindu. Karena sapi adalah hewan yang disucikan bagi umat Hindu, maka untuk menjunjung tinggi sikap menghormati antar pemeluk agama Hindu dan umat Islam, Sunan Kudus pun melarang pengikutnya untuk memakan daging sapi.

Proses penyebaran agama Islam yang dilakukan Syekh Djafar Sodhik yang akrab disapa Sunan Kudus berlangsung damai dan penuh toleransi. Salah satu bentuk toleransi tersebut diwujudkan dalam masakan yang bernama soto kebo.

Konon sewaktu ritual Dandangan, Sunan Kudus mengganti masakan berdaging sapi dengan kerbau. Termasuk dalam melaksanakan Idul Adha, Sunan Kudus menyembelih kerbau sebagai hewan kurban. Ini bentuk penghormatan Sunan Kudus kepada pemeluk agama Hindu di Kudus.