Travel

Tumpak Sewu: Menjelajah Ke Ribuan Sumber Mata Air

Warta Event – Jakarta. Sessampainya di Desa Wisata Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur rombongan trip para jurnalis pariwisata dari Jakarta pun belum menemukan sesuatu yang sepesial di lokasi tersebut.

Abdul Karim, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) langsung menyambut kehadiran kami. “Selamat datang di Desa Wisata Sidomulyo yang menawarkan keindahan air terjun dengan nama Tumpak Sewu,” begitu ia menyapa dengan senyum yang ramah.

“Silahkan ganti pakaian Anda dengan pakaian yang simpel seperti celana pendek, kaos, perbekalan air mineral, perobatan, perlengkapan kamera secukupnya dan tas kedap air. Sebab curah air terjun ketika dibawah akan terasa. Meski tidak deras,” tambah Abdul Karim.

Sejurus kemudian, Kami pun melakukan apa yang di instruksikan Abdul Karim yang akrab disapa dengan Bang Karim. Sekira 20 meter dari area parkir kendaraan Kami pun membayar retribusi sebesar Rp10.000 per orang. Usai membayar retribusi, Kami pun melanjutkan perjalanan sekira 15 menit sampai di tempat yang namanya titik atau lokasi Panorama.

Dari titik ini Kami menemukan dan melihat secara nyata keindahan air terjun Tumpak Sewu yang bentuknya setengah lingkaran. Tak salah, jika dinamakan titik Panorama. Sebab sejauh mata memandang, para wisatawan dapat mengakses keindahan tersebut. Alhasil, para wisatawan pun banyak yang selfie di lokasi ini.

TUMPAK SEWU (3)

“Lokasi ini dinamakan sebagai titik Panorama. Biasanya memang diperuntukan bagi keluarga yang ingin mengabadikan perjalannya ke Tumpak Sewu. Sebab, jauh lebih nyaman untuk menyaksikan air terjun dari atas. Jika ingin mengakses lebih dekat dan merasakan deburan air terjun lebih dekat harus turun bukit ini dan medannya pun cukup menantang,” jelas Karim.

Rasa penasaran pun membuncah para teman-teman jurnalis untuk melihat sekaligus ingin merasakan deburan air terjun Tumpak Sewu lebih dekat lagi. Maka Kami pun sepakat untuk turun bukit bersama Bang Karim. Ketika hendak memasuki area turunan terpampang tulisan “Batas Akhir turun bukit jam 15:00”.

“Ini kita nggak masalah turun bukit. Padahal sekarang saja jam 15:30 menit,” ujar seorang teman jurnalis. Kemudian Bang Karim menyatakan, ini memang batas waktu nyaman bagi pengunjung. “Tapi saya dan guide yang lain siap mendampingi teman-teman semua sampai kembali lagi ke atas,” tegas Bang Karim, tenang.

Setelah mendapat kepastian keamanan dan didampingi guide yang lain, Kami pun melanjutkan menuruni bukit Tumpak Sewu. Dan, memang benar adanya, bahwa selama perjalanan kita mendapati jalan (track) yang cukup menantang dan terjal. Kekuatan fisik dan stamina pun dirasa masih kurang. Perlu ditambah lagi hati-hati, waspada dan fokus.

TUMPAK SEWU (2)

Setelah satu jam perjalanan yang penuh tantangan, akhirnya kami pun menemukan sekaligus merasakan dahsyatnya keindahan air terjun Tumpak Sewu lebih dekat dan tanpa sekat. “Reruntuhan” air terjun begitu lembut menyapa seluruh tim jurnalis dari Jakarta sore itu. Hingga tanpa terasa badan pun terasa kuyup. Baju pun basah dibuatnya.

Cucuran keringat selama perjalan menuju titik pusat muara air terjun yang dari atas berubah menjadi bulir air yang menyegarkan. Air dan udara sejuk pun menyapa Kami di bawah. Dengan pemandangan dinding bukit dengan batu berwarna hitam yang menjulang tinggi. Kami pun merasa “kecil” secara fisik dan hati di lokasi tersebut.

“Tumpak dalam bahasa Jawa kuno berarti hari Sabtu, kemudian Sewu yang artinya Seribu untuk mengilustrasikan tidak terhitungnya sumber air yang ada di sini sehingga menjadi air terjun yang indah dan memberikan penghidupan bagi penduduk setempat,” terang Karim menjelaskan muasal nama Tumpak Sewu yang Ia namakan sendiri.

Tumpak Sewu, kata Karim, mulai dibuka pada tahun 2015 lalu. Dengan mendapat pertentangan dari warga setempat. Karena selama ini bukit tersebut menjadi lading mencari kayu dan rumput untuk ternak mereka.

“Saya terus mensosialisasikan Tumpak Sewu akan dijadikan destinasi wisata secara intens, warga pun kami libatkan, hingga akhirnya mereka menerima. Sebab ini investasi bagi mereka dimasa mendatang,” ungkap Karim lega dan tersenyum senang. [Fatkhurrohim]