Begini Permintaan 11 Anak Bajang Saat Dipotong Rambutnya
Warta Event – Banjarnegara. Hanya rambut saja yang membedakan 11 anak Bajang atau anak berambut gimbal ini dengan bocah-bocah lainnya di kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Selebihnya sama, baik perilaku maupun cara mereka bermain dengan yang lainnya.
Anak Bajang ini selalu mempunyai permintaan istimewa dan harus dipenuhi. Di kawasan Dieng, ada ritual adat anak Bajang setiap tahunnya. Ritual ini berupa pemotongan rambut gimbal dan diselenggarakan berbarengan dengan event Dieng Culture Festival.
Mbah Sumarsono yang kini berusia 70 tahun dan Tetua Adat Dieng Kulon pernah bercerita, bahwasannya anak Bajang cirinya mempnyai rambut gimbal yang tumbuh dikepalanya secara alamiah, mereka mempunyai permintaan khusus manakala akan dipotong rambutnya. Dan, utnuk memotong rambutnya ini diperlukan juga ritual khusus.
Diceritakan juga oleh Mbah Sumarsono, bahwa anak Bajang ini sudah ada sejak jaman dahulu kala. Tidak tahu persis kapan muasal anak Bajang ini ditemukan keberadaannya. Bahkan, konon ceritanya, anak Bajang ini diasuh oleh Kanjeng Ratu Laut Selatan dan Mbah Tumenggung Kolo Dete dari Kerajaan Mataram Kuno.
Masyarakat setempat meyakini, jika si anak bajang ini rambutnya tidak dipotong akan berpengaruh buruk pada fisik dan phisikis mereka. “Anak Bajang ini memiliki aura negative yang sangat kuat. Untuk itu, perlu dilakukan ruwatan atau ritual memotong rambutnya,” cerita Mbah Sumarsono.
Setiap gelaran Dieng Culture Festival, salah satu yang paling banyak diminati oleh para wisatawan adalah prosesi dan ritual pemotongan rambut gimbal si anak Bajang. Pelataran Candi Arjuna yang dijadikan arena prosesi dan ritual pun selalu disesaki para pengunjung.
Sebelum dilakukan proses ritual pemotongan rambut di DCF, anak Bajang terlebih dahulu harus diarak dari rumah tetua adat menuju kawasan Candi Arjuna. Setelah itu dilakukan jamasan. Jamasan merupakan ritual bilasam dengan air dari tujuh sumber mata air yang berada di kawasan Dieng.
Setelah dilakukan ritual jamasan, si anak Bajang pun akan dicukur rambutnya. Di Dieng Culture Festival, anak Bajang yang akan dipotong rambutnya dipersilahkan menyebut apa yang menjadi permintaannya dan didengar oleh para wisatawan yang mengunjungi.
Tetua adat Dieng Mbah Sumarsono dan Mbah Sumanto, kembali didapuk untuk memotong rabut gimbal 11 anak yang telah melakukan rangkaian ritual di kawasan Candi Arjuna, Dieng. Dengak disaksikan ribuan wisatawan dari berbagai Negara, Gubernur Jawa Tengah dan Perwakilan Kementerian Pariwisata, 11 anak Bajang ini tampak percaya diri ketika rambut gimbal mereka akan dipotong.
Zalia Kiranya Zalia Widardo, 4 tahun, menjadi anak Bajang pertama yang akan dipotong rambutnya. Zalia, memiliki permintaan es krim rasa cokelat. Anak Bajang kedua yaitu Laela Handayani, 6 tahun. Laela yang berasal dari Cikampek, Jawa Barat, memiliki permintaan berupa tablet bergambar apel untuk mainan.
Anak Bajang selanjutnya yaitu Nadhira Thafana Pramarsetyo, 4 tahun. Nadhira menjadi salah satu anak Bajang dengan permintaan yang relative mudah dan tidak neko-neko. Sebab, Nadhira hanya meminta ikan lele satu ekor. Berbeda dengan Aulia Malihatunisa, 7 tahun, yang mempunyai beragam permintaan yaitu ponsel, sepeda, boneka, dan baju muslim.
Selanjutnya adalah Fitria Nur Rahmadzani, 8 tahun, Fitria meminta sepeda, bakso, wortel, burung kenari, ayam, dan tempe gembus. Yang tak kalah keren dari sisi permintaan yaitu Mysha Kirana Saputra, 5 tahun. Mysha meminta sepatu roda dan tiga ekor entok.
Salwa Khoirun Nisa, 7 tahun, yang mendapat nomor urut ketujuh, ia meminta kerupuk rambak dan permen yupi masing-masing dua bungkus. Setelah Salwa adalah Nibaul Khasanah, 6 tahun, Nibaul, meminta sepeda warna merah jambu dan sepatu sekolah lengkap dengan kaus kakinya.
Anak kesembilan, yakni Elsa Fitriani, 9 tahun. Elsa meminta roti regal bermerek Mari sebanyak dua bungkus besar dan kambing jantan. Kemudian anak kesepuluh, Nurlela Herawati, 12 tahun, meminta kue bolu black forest. Anak kesebelas, alias anak terakhir, Puput Cahyaningsih, 7 tahun, meminta ponsel dan mercon.
Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang pada saat itu turut menyaksikan pemotongan rambut anak Bajang ini mengatakan, permohonan yang unik, yang kadang tak bisa dipahami nalar orang dewasa, adalah wujud fenomena budaya yang harus dihargai dan dilestarikan dan biarkan menjadi misteri. [Fatkhurrohim/*]