24% Anak Muda Memposting Konten Berita Di Medsos
WARTAEVENT.COM, Kota Batu – Studi Reuters Institute menunjukkan 51% responden mengaku memanfaatkan media sosial sebagai sumber berita. Sementara itu, 12% responden menyatakan portal berita tak lagi dilirik sebagai sumber utama informasi mereka, alias mereka menjadikan media sosial sebagai sumber utama dalam mendapatkan berita.
Temuan lainnya, segmen muda tercatat sebagai generasi yang mengandalkan media sosial sebagai tempat utama memperoleh berita dibandingkan media konvensional seperti televisi. Terdapat 28% anak muda berusia 18 hingga 24 tahun yang mengungkapkan bahwa media sosial lebih utama sebagai sumber berita dibandingkan televisi yang hanya memperoleh 24%.
Menurut Muhammad Imron Rosadi, Ketua Relawan TIK Kabupaten Pasuruan, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (9/7/2021), fakta tersebut, telah mengubah perilaku masyarakat dalam memperlakukan konten-konten berita. Sebuah konten berita yang menarik di media sosial bisa dengan cepat menyebar di kalangan pengguna media sosial lainnya.
“Hal ini terungkap dari paparan Reuters Institute yang mengungkapkan 24% pengguna internet membagikan konten berita di media sosial,” ucapnya.
Lanjutnya, perubahan perilaku masyarakat tersebut tak hanya berdampak pada media sosial, tetapi aplikasi pengumpul berita atau news aggregator juga menjadi bertumbuh cukup pesat sebagai wadah masyarakat memperoleh berita. Studi yang sama juga menunjukkan 36% responden membaca berita karena direkomendasikan secara otomatis oleh mesin yang bekerja di belakang platform.
“Cara ini menghasilkan persentase pembaca berita lebih tinggi dibanding konten-konten yang direkomendasikan oleh jurnalis atau editor,” tuturnya.
Namun sangat disayangkan, di Indonesia, tingkat literasi yang masih rendah. Data dari Programme for International Student Assessment menunjukkan bahwa peringkat literasi Indonesia adalah nomor 64 dari 72 negara.
“Budaya getok tular, gampangnya membagi informasi ini tidak disertai dengan budaya menelaah,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan, ada sejumlah alasan mengapa news aggregator mampu berperan menjadi penyaring berita bohong (hoaks). Alasan pertama, konten dari news aggregator dimoderasi dan berasal dari sumber tepercaya. Alasan kedua, teknologi kecerdasan buatan yang ada di belakang platform news aggregator akan mengirimkan informasi berdasarkan minat warganet sendiri. Hal ini akan memungkinkan luasnya topik dan kedalaman informasi yang dikonsumsi.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (9/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Fikri Mohammad Hakim (Senior Manager Safety Garuda Indonesia), Ismaili (Relawan TIK), dan Amy Kamila (CEO @heysobofficial Creative).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.