Tips agar Anak Aman Menggunakan Internet
WARTAEVENT.COM, Kab. Magetan – Anak zaman sekarang tak bisa lepas dari internet. Mulai dari menonton di platform berbagi video, media sosial sampai mencari informasi di mesin pencari. Namun, perlu diketahui ada bahaya di balik dunia maya. Seringkali, orang tua merasa kesulitan untuk memastikan keamanan anak saat menggunakan internet.
Dr. Rivai Harun, Sekertaris Yayasan Bhakti Rikho Jatim Sejahtera Magetan, mengatakan, anak-anak di usia sekolah memang menjadi salah satu pihak yang paling rentan di ruang maya. Mengutip sebuah riset, Ciput mengungkapkan ada tiga risiko utama yang mengancam anak-anak ketika berselancar di dunia maya.
Pertama, anak-anak rentan menerima serangan siber. Anak-anak bisa menerima konten yang berisi eksploitasi seksual, tindakan menyakiti diri sendiri, bunuh diri, konten pornografi hingga konten berbau radikalisme. Selanjutnya anak-anak juga rentan mengalami adiksi siber, seperti ketagihan gadget atau konten di internet. Anak-anak juga rentang melakukan atau menerima perundungan siber (cyberbullying).
Walaupun menjadi kalangan yang paling rentan, tak bisa dipungkiri internet juga sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Internet kerap digunakan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, mencari hiburan, dan berkomunikasi dengan teman sebaya. Untuk melindungi anak dari berbagai kejahatan siber, para orang tua harus siap mengawal aktivitas online sang anak.
“Salah satu hal yang paling pertama dibangun orang tua ialah kepercayaan dengan anak. Mengingat anak-anak sudah mulai mengenal internet di usia dini. Dengan adanya rasa saling percaya ini, diharapkan anak-anak akan selalu terbuka kepada orang tuanya terkait aktivitas online yang mereka kerjakan,” ujar Dr Rivai dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Selasa (7/92021).
Selanjutnya, orang tua juga perlu menggunakan berbagai fitur atau aplikasi keamanan online untuk melindungi anak-anak mereka ketika berselancar di internet. Orang tua bisa memanfaatkan fitur safe search pada Google Search, mode terbatas pada YouTube, atau menggunakan aplikasi Family Link untuk mengontrol aktivitas online anak.
Menurut riset Google, sebanyak 66% orang tua yang diwawancarai sudah menerapkan berbagai futur kemanan online tersebut. Orang tua juga bisa memberikan penjelasan dan pemahaman soal dasar-dasar keamanan online yang perlu diketahui anak.
Ia mengatakan, langkah ini menjadi salah satu yang krusial karena masih ada keluarga yang belum atau enggan membicarakan soal keamanan online dengan anaknya. Orang tua juga perlu mengajak anak berdiskusi soal bahaya berinteraksi dengan orang asing di ruang maya, bicara tentang game yang dimainkan atau video yang ditonton, serta orang-orang yang ditemui secara online.
Ia menerangkan, orang tua harus turut hadir dan berperan ketika anak-anak berselancar di internet, entah itu ketika mengakses konten edukasi, hiburan, atau yang lainnya. pihaknya miris dengan kebiasaan sejumlah orang tua yang justru menyodorkan gawai dan konten hiburan kepada anak-anak mereka agar bisa diam dan tidak membuat keributan (tantrum).
“Kalau tidak ada pendampingan orang tua, anak-anak berpotensinya menjadi asosial, karena terlalu asyik dengam dunianya sendiri,” ungkap.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Selasa (7/9/2021) juga menghadirkan pembicara Dr. Ifada Rahmawati (Owner Klinik Anak & Praktisi Pendidikan dan Kesehatan), I Nyoman Bintare Prayudi (Ketua PD Gema Sandhana Jawa Timur), Clara Marisa Purnamasari (Associate Wealth Planner & International Campus Ambassador at IMUN), dan Sherly Dwi Artamevia (Content Creator & Influencer) sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.