Site icon WARTAEVENT.COM

Benarkah Era Pemesan Akomodasi Melalui OTA Akan Berakhir?

Happy tourists choosing hotel and booking room online flat vector illustration. People doing search or making choice of hostel and apartments via internet. Trip, vacation and accommodation concept

WARTAEVENT.com – Jakarta. Salah satu agenda yang ada dalam ceklis para pelancong adalah mencari selisih harga yang lebih rendah baik itu tiket pesawat, kereta hingga akomodasi seperti hotel.

Generasi Milenial dan Gen Z yang adaptif dengan digital pasti mafhhum dengan beberapa aplikasi atau platform layanan Online Travel Agent (OTA) yang menawarkan harga akomodasi paling murah.

Baca Juga : Bagaimana Pariwisata di Era Pemerintahan Baru? Simak Ini Rencananya

Dan ternyata, saat ini para generasi tersebut pun paham harus kemana mencari harga yang lebih rendah. Bukan lagi ke OTA, melainkan langsung ke website hotel secara langsung.

Adyatama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya, memaparkan hasil riset dari Inventura–Avara bahwa Gen X, Milenial dan Gen Z lebih memilih memesan akomodasi melalui website hotel secara langsung daripada melalui platform OTA.

Baca Juga : Begini Arah Pariwisata dalam Lima Tahun Ke Depan

“Dalam riset tersebut dijelaskan, Gen X memilih 79,7 kemudian Gen Milenial 77,4 dan Gen Z sebanyak 83,2,” jelas Nia, dalam dialog bersama Himpunan Anak Media (HAM) bertajuk ‘Arah dan Perkembangan Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif , dan Industri Hospitality di Era Pemerintahan Baru’ Jum,at (26/4/2024) di Mangkuluhur ARTOTEL Suites, Jakarta.

Nia pun menjelaskan, layanan Online Travel Agent (OTA) mendapat tantangan serius dari Website hotel. Sekarang dalam aktifitas pencarian akomodasi banyak pelanggan melakukan pemesanan langsung melalui website hotel.

Hal ini selaras dengan temuan dari Inventue-Alvara pada Februari 2023 yang menyebutkan sebanyak 80 persen Masyarakat Indonesia setuju, bahwa memesan hotel secara langsung melalui sales atau website hotel jauh lebih murah daripada lewat OTA.

“OTA yang dulu terkenal murah karena menawarkan tiket jauh lebih murah dan banyaknya promo, kini harganya mulai melambung. Alasannya ‘Era Bakar Duit” di kalangan startup telah berakhir,” lanjutnya.

Baca Juga : Hadiri Undangan PBB di New York, Menparekraf Sandiaga Uno Bahas Ini

Mereka (OTA) lanjut Nia berdasarkan hasil riset, harus mulai fokus meraih profit (going profit) untuk meraih kepercayaan investor. Alhasil demi profit mereka harus mengurangi promo dan menambahkan biaya layanan.

OTA juga mulai mengenakan komisi bagi hotel-hotel mitranya. Keadaan itu membuat hotel ‘terjepit’. Ditambah power dan popularitas OTA yang punya pengaruh besar ke konsumen, karena OTA adalah pihak pertama yang berhubungan langsung dengan konsumen.

Baca Juga : Libur Lebaran: Pengeluaran Wisatawan Per Orang Sebesar Rp2,3 Juta, Jawa Masih Favorit

Karena itu hotel mulai melakukan ‘serangan balik,. Hotel-hotel melawan dengan strategi khusus. Kampanye hotel secara terang-terangan memasang iklan di websitenya, dengan memesan hotel lewat aplikasi hotel lebih murah 5 persen dari OTA.

Kondisinya sekarang jadi berbalik, ditambah fakta bahwa sumber daya OTA mulai kehabisan bensin. Benarkah, fenomena ini menjadi pertanda bahwa era OTA bisa saja mendekati akhir. (*)

Exit mobile version