Site icon WARTAEVENT.COM

CEO Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Ceritakan Mampu Keluar dari Masa Pailit dan Krisis Pandemi Covid-19

WARTAEVENT.com – Jakarta. Karut marut tata kelola niaga maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia masuk ambang pailit sebelum dan di masa pandemi Covid-19.

Keberhasilan Irfan Septiaputra, President dan CEO Garuda Indonesia sekarang diundang oleh BINUS Business School dalam event CEO Speaks pada hari Rabu malam (12/04/2023) @Senayan.

Baca Juga : Kembali Digelar, Garuda Indonesia Online Travel Fair Turut Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional

Selama kurang lebih dua jam, Irfan berbagi kiat-kiat bagaimana Garuda Indonesia mampu terlepas dari masa pailit dan rusuhnya penerbangan di dunia khusus Garuda Indonesia pada masa pandemi Covid-19.

Dihadapan para peserta kuliah, CEO Garuda Indonesia ini mengaku belum pernah menangani bisnis dan terlibat di dunia penerbangan, serta baru kali pertama pula mengalami menangani bisnis di masa krisis global. 

Baca Juga : Trip.com dan Garuda Indonesia Saling Bermitra

“Bagaimana rusuhnya dunia penerbangan khusus Garuda Indonesia di masa pandemi Covid-19 kala itu. Mobilitas terpukul besar-besaran tidak hanya Indonesia tapi dunia, yang tidak pernah terbayangkan puluhan tahun sebelumnya. Ini menjadi tantangan,” ucapnya.

Apalagi, lanjut Irfan, masalah Garuda Indonesia sebelum pandemi pun sudah menumpuk, mulai dari harga tiket yang mahal, isu tata kelola, pilot, sampai kasus korupsi.

“Hingga puncaknya Garuda Indonesia mempunyai hutang 10 miliar US Dolar dan mempunyai equitas itu -5 miliar US Dolar. Kemudian revenue selama pandemi itu turun drastis hingga 95 persen, dan 75 persen pesawat di grounded,” ungkap Irfan.

Baca Juga : Garuda Indonesia Group Turunkan Tarif Pesawat

Hutang Garuda Indonesia terus menumpuk, hingga gaji karyawan hingga jajaran direksi pun terpaksa harus dipangkas hingga 50 persen atau gajinya ditunda. “Masalah selanjutnya adalah sebagai maskapai penerbangan negara harus tetap terbang memberi manfaat buat negara juga,” terangnya.

Menjadi Perusahaan Profitable

Dalam kesempatan tersebut, Irfan pun menjelaskan, bahwa pada pertengahan tahun 2022 Garuda Indonesia pun mengikuti proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Selama proses PKPU tersebut Garuda Indonesia tidak diwajibkan membayar utang sebesar 10 miliar US Dolar.

“Situasi keuangan Garuda Indonesia untuk dimasukan ke PKPU adalah hal yanh terbaik dan memberikan solusi buat perusahaan. Dalam proposal restrukturisasi itu, Garuda Indonesia menjanjikan ke kreditur akan berubah menjadi perusahaan profitable,” cerita Irfan.

“Cuma ada masalah lain Garuda Indonesia harus membayar ratusan kreditur yang nilainya piutangnya mulai dari puluhan juta hingga triliunan. Salah satu kreditur terbesar adalah Pertamina, nilainya hingga Rp9 triliun,” lanjutnya.

Baca Juga : Mudik Lebaran; Garuda Indonesia Menyiapkan Sedikitnya 150.510 Kursi Ekstra

Satu demi satu dielesaikan Irfan. Langkah pertama yang dilakukan setelah masuk PKPU adalah melobi ke pihak perbankan HIMBARA, agar piutangnya diperpanjang hingga 22 tahun dengan suku bunga 0,1 persen per tahun.

Dengan proposal yang diajukan oleh Garuda Indonesia, 97 persen kreditur setuju. Dan semenjak masuk proses PKPU 2022 mampu membalikan hutang dari 10 miliar US Dolar menjadi 5 miliar US Dolar. Dan sekarang menjadi perusahaan BUMN dengan keuntungan terbesar nomer satu, mengalahkan Pertamina, Bank Mandiri, Bank BRI.

Baca Juga : Garuda Indonesia Group Mulai Berlakukan Harga Subclass Moderat

“Dan yang paling membanggakan bagi kami dari Garuda Indonesia adalah saat ini menjadi yang nomer satu, penerbangan di dunia yang tepat waktu. Kemudian sekarang pesawat Garuda Indonesia yang bisa diterbangkan jumlahnya 53 pesawat,” pungkas Irfan. [*]

Exit mobile version