Cyber Bullying dan Dampaknya
WARTAEVENT.com – Malang. Di Indonesia terdapat 653 ribu data konten negatif di media soisal. Cyber bullying menjadi salah satu jenis kejahatan siber pada penggunaan media sosial yang banyak terjadi. Meski hanya melalui layar, dampak cyber bullying bisa menimbulkan trauma bagi korban.
Cynthia Pariz, Creative Head of Benang Merah Creative & Digital, memaparkan data bahwa Indonesia menjadi negata dengan kasus cyber bullying terbesar nomor 1 di dunia. Sebanyak 49% dari 5.900 responden mengalami bully di internet.
“Jenis cyber bullying yang ada salah satunya ialah flaming, yaitu adu argumen di sosial media dengan mengirimkan pesan yang frontal dan penuh amarah. Jadi ini sebenarnya seperti orang lagi berantem di real life. Bedanya, di dunia online dilakukan melalui kolom chat,” papar Cynthia dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (5/7/2021).
Harassment menjadi salah satu jenis cyber bullying paling sering ditemukan pada netizen Indonesia. Harassment merupakan tindakan mengirimkan pesan atau teks kepada orang lain dengan amarah secara terus menerus. Beberapa contoh yang pernah terjadi ialah komentar jahat netizen Indonesia pada akun pemain drama korea ‘The World of the Married’. Kemudian ada denigration atau pencemaran nama baik yang bertujuan untuk merusak reputasi seseorang.
Lanjutnya, terdapat outing & trickery yaitu menipu seseorang untuk mendapatkan informasi pribadi kemudian disebarluaskan. Exclusion yaitu mengucilkan atau mengabaikan seseorang dari lingkaran pertemanan. Lalu, ada pembajakan akun atau impersonation.
Dampak cyber bullying terhadap korban mencakup dampak psikologis, sosial, dan kehidupan sekolah. Dampak psikologis yang mungkin terjadi, yaitu depresi, marah, perasaan gelisah, cemas, menyakiti diri sendiri, hingga mengorbankan nyawa atau bunuh diri. Dampak sosial pada korban bullying yaitu menarik diri dan kehilangan kepercayaan diri. Sedangkan, bagi korban cyber bullying yang masih sekolah, dampaknya dapat menurunkan prestasi akademik, perilaku bermasalah, dan rendahnya tingkat kehadiran.
Meningkatkan empati dapat menghindari diri dari perilaku cyber bullying. Selain itu, berpikir positif, membuat kontrol diri, menghormati orang lain, toleransi, dan keadilan dengan memperlakukan orang dengan baik. Upaya seseorang untuk menghindari diri dari pelaku cyber bullying adalah tenang, mengabaikan, mengumpulkan bukti, kemudian melaporkan.
“Sebenarnya orang yang habis bully kita 2 jam kemudian dia itu lupa dan lanjut dengan kehidupannya sendiri. Sedangkan kita mungkin memang kepikiran terus. Jadi usahakan untuk diabaikan saja,” jelasnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (5/7/2021) juga menghadirkan pembicara Cynthia Pariz (Creative Head of Benang Merah Creative & Digital), Tiurida Lily Anita (Faculty Member Binus University), Zulham Mubaraj (Komisaris PT. Sangkar Garuda Sakti), Namiranda Arifin (Business Development Online, Former Senior Partnership Sponsorship at LOKET), dan Selviana Yuliani.
Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)