Event

Pameran “Serambi Seni”: Refleksi Aceh Dari Masa Lalu, Masa Kini Dan Masa Depan

Wartaevent.com, Aceh- Di penghujung tahun 2018 ini, Program Pameran Keliling  digelar di wilayah Aceh, tepatnya di UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh. Pameran ini merupakan hasil kerja sama Galeri Nasional Indonesia dengan UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo dengan Asisten Kurator Teguh Margono, Abzari Jafar, dan Reza Mustafa, pameran ini menyajikan tema “Serambi Seni”. Menurut Suwarno, pameran ini merupakan upaya memantik kehidupan seni rupa di Aceh agar lebih menyala. “Sebutan ‘serambi seni’ dihasratkan sebagai sebuah harapan untuk Aceh yang lebih semarak, produktif, dalam hal penciptaan dan pengkajian seni,” ungkap Suwarno.

Tambah Suwarno, karya-karya ini dapat dilihat dengan tiga metode: menyusuri masa lalu, merekam masa kini, dan membayangkan masa depan. Hal itu berlaku, baik bagi karya koleksi Galeri Nasional Indonesia maupun karya para Perupa Aceh. Enam karya koleksi Galeri Nasional Indonesia yang ditampilkan dalam pameran ini mengolah tema Islami dengan pendekatan yang berbeda. Karya-karya tersebut berfungsi sebagai pemicu dan sekaligus pembanding. Bagaimana kini dengan karya-karya oleh para perupa yang lahir, tumbuh, dan tinggal di Aceh?

Menyambung Suwarno, Abzari Jafar mengungkap dalam tulisan kuratorialnya, seni rupa Aceh masa kini, melalui Pameran Keliling dengan tema Serambi Seni, perupa Aceh kembali membuktikan karya yang ditampilkan tidak terlepas dari kearifan lokal Aceh. Sadar atau tidak, perupa Aceh melalui karyanya telah menunjukkan lokalitas ke-Aceh-an tanpa harus menggunakan simbol-simbol kontroversi dalam masyarakat Aceh. Sehingga, “Serambi Seni” menjadi motivasi “back to culture for a future”.

Karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini setidaknya dapat merefleksikan perkembangan seni rupa Aceh. Para perupa menunjukkan point of view pada simbol lokalitas melalui simbol perjuangan dan kehormatan, budaya, dan sosial. Selain itu, beberapa karya juga merefleksikan Aceh melalui simbol Islam dalam merefleksikan lokalitas Aceh dengan gagahnya.

“Simbol-simbol lokalitas yang dipilih perupa Aceh seakan menjadi penanda nasionalisme Aceh secara keseluruhan dari segi simbol perjuangan, heroik, kehormatan, alam, sosio-kultural dengan berbagai aliran seni rupa dan media yang dipakai,” jelasnya.

Perkembangan seni rupa Aceh akan dipresentasikan melalui sajian 36 karya seni rupa dalam media lukisan dan relief. Enam karya tersebut merupakan karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia/Koleksi Negara hasil karya enam perupa kenamaan seperti A. D. Pirous, Amang Rahman Jubair, Samsudin Hardjakusumah, Lian Sahar, Ahmad Sadali, dan Amri Yahya.

Sedangkan 30 lainnya merupakan karya para Perupa Aceh, beberapa di antaranya adalah Anni Kholilah, Idrus bin Harun, Qurbani Akbar, Rahmad Alfajrianur, Sabaruddin, Said Akram, Yusrizal Ibrahim, Zul MS, dan lainnya.

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto mengatakan, pameran ini sengaja dihadirkan untuk mengangkat dan menunjukkan potensi para perupa Aceh di bidang seni rupa. Selain itu juga untuk semakin memacu geliat seni rupa para Perupa Aceh yang mampu menciptakan ekosistem seni rupa yang semakin kuat.

“Pengembangan potensi dan geliat seni rupa di masing-masing daerah menjadi hal yang penting bagi Galeri Nasional Indonesia, karena ekosistem seni rupa yang terbentuk di masing-masing daerah menjadi dasar bagi terciptanya ekosistem seni rupa dalam lingkup nasional. Semakin kuat statement seni rupa di masing-masing daerah, maka semakin kokoh seni rupa Indonesia yang menjadi identitas bangsa,” ujarnya.

Pustanto berharap perhelatan ini mampu memberikan suguhan yang inspiratif, edukatif, dan rekreatif bagi publik luas, khususnya masyarakat yang berada di Aceh dan sekitarnya. “Selain itu juga diharapkan pameran ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat luas dengan cara menyaksikan secara langsung karya-karya asli Koleksi Galeri Nasional Indonesia yang memiliki nilai historis dalam sejarah seni rupa Indonesia,” imbuhnya.