Ini Bahayanya Jika Akun Data Dibobol
WARTAEVENT.COM, Kab. Kota Kediri – Pencurian data pribadi kerap terjadi di era digitalisasi. Maraknya kasus pencurian data pribadi praktis sangat meresahkan sebagian masyarakat, terutama ketika data pribadi disalahgunakan oknum tak bertanggung jawab. Contohnya praktek pencurian data pribadi milik pengguna aplikasi yang biasa dikenal dengan scam dan phishing.
Chiara Chiasman, Co-Founder & Consultan of Finest Sangjit mengatakan sejumlah masyarakat tidak paham dengan potensi kejahatan akibat kebocoran data pribadi seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, hingga alamat. Karena itu perlu adanya edukasi lebih luas untuk menghindari kasus scam dan phishing.
“Orang Indonesia cenderung tidak paham dengan bahaya dari data pribadi yang menyebar. Jadi kalau tersebar, mereka biasa saja,” ujar Chiara, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/10/2021).
Ancaman scam dan phishing ini mungkin terjadi, lantaran data pengguna yang bocor berupa akun email dan nomor telepon pengguna. Sehingga data itu berpotensi dimanfaatkan untuk mengirimkan pesan penipuan.
Scam adalah tindakan penipuan dengan berusaha meyakinkan pengguna, misal memberitahu pengguna jika mereka memenangkan hadiah tertentu yang didapat jika memberikan sejumlah uang.
Sementara phishing adalah teknik penipuan yang memancing pengguna, misal untuk memberikan data pribadi mereka tanpa mereka sadari dengan mengarahkan mereka ke situs palsu.
Berikut sejumlah risiko kejahatan siber yang kemungkinan bisa terjadi dengan memanfaatkan data-data yang diambil, seperti:
- Bongkar kata kunci
Data tanggal lahir dan email yang bocor juga bisa jadi modal peretas untuk mengambil alih akun. Sebab tanggal lahir sering digunakan sebagai kata sandi. Oleh karena itu, Alfons menyarankan agar jangan menggunakan tanggal lahir sebagai kata sandi. Agar mengaktifkan sistem pengamanan two factor authentication (TFA) dengan menggunakan one time password (OTP) melalui SMS hingga USSD. TFA melibatkan pihak ketiga yaitu operator untuk mengirimkan OTP yang digunakan untuk otorisasi transaksi.
- Bikin akun pinjaman online diam-diam
Tak hanya itu, penjahat juga bisa mengajukan pinjaman di aplikasi pinjaman online dengan bermodalkan data-data yang sudah bocor. Pertama-tama peretas harus mampu mengumpulkan data KTP dari data-data yang telah bocor. Kemudian peretas bisa mengajukan pinjaman untuk menarik sejumlah uang dari aplikasi pinjaman online yang kurang baik sistem pemeriksaannya. Pada akhirnya korban yang paling dirugikan, karena datanya berpotensi disebar ke sejumlah orang dan web dengan status orang tersebut terlibat hutang.
- Profiling untuk target politik atau iklan di media sosial
Data-data personal yang diambil bisa dipakai untuk rekayasa sosial hingga profiling (membuat profil pengguna). Di sisi lain Pratama mengatakan apabila 91 juta akun tersebut diproses, maka big data itu bisa dianalisa yang bermanfaat untuk profiling penduduk. Misalnya berdasarkan umur dan demografi penduduk berdasarkan lokasi, hobi, hingga jenis kelamin. Big data tersebut bisa digunakan untuk sosialisasi politik maupun target iklan di media sosial.
- Bobol layanan lain
Data nomor telepon dan sebagainya itu bisa digunakan untuk membobol akun media sosial atau layanan lain. Sebagai contoh untuk membobol layanan pembayaran digital seperti Gopay atau OVO. Caranya cukup mudah, pelaku tinggal login dengan nomor telepon dan meminta kode one time password (OTP). Pelaku bisa menelepon korban dan mengaku sebagai pihak Tokopedia maupun platform lain yang digunakan korban untuk meminta kode OTP itu.
- Telemarketing
Data nomor telepon bisa diperjualbelikan untuk kepentingan telemarketing. Maka tak heran jika seseorang mendapat panggilan telepon dan ditawarkan sebuah jasa atau produk. Anehnya, penelpon sudah mengetahui nama lengkap Anda meski tak pernah berafiliasi dengan perusahaan tersebut sama sekali.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Idul Futra (Entepreneur & Digital Marketing Specialist), France Parnaungan Simanjuntak (YouTuber), Novianto Puji Raharjo (Ketua Relawan TIK Jawa Timur & Dekan Fakultas Dakwah IAI Dalwa), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.