News

Ini Cara Sembuhkan Anak dari Kecanduan Game

WARTAEVENT.COM, Kab. Malang – Game online sangat digandrungi anak-anak. Namun, orang tua harus waspada karena kecanduan game dapat memberikan efek negatif untuk tumbuh kembang anak. Kegiatan ini juga dapat mengasah kreativitas dan dapat mengurangi tingkat stres si Kecil. Namun di balik itu, bermain game juga dapat menyebabkan kecanduan pada anak, sehingga dirinya sering lupa waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti belajar.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kecanduan game atau bermain game secara kompulsif bisa dikategorikan sebagai gangguan mental. Apabila kondisi ini dibiarkan, maka dapat mengganggu hubungan keluarga dan sosial, pendidikan, serta fungsi normal lainnya.

“Kecanduan game pada anak dapat mengubah perilaku anak, sama seperti kecanduan obat-obatan terlarang atau alkohol. Beberapa akibat buruk yang terjadi pada anak yang kecanduan game adalah munculnya perilaku agresif, mudah marah, berkurangnya jam tidur, tidak bertanggung jawab terhadap tugas, serta tak mau bersosialisasi,” ungkap Zulham Mubarak, Ketua Umum Milenial Utas & Komisaris Sangkar Garuda Sakti, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (4/8/2021).

Untuk mengatasi hal itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak yang kecanduan game, seperti:

  • Jelaskan bahwa kehidupan nyata lebih penting dibanding game.

Perlu menjelaskan kepada si Anak, game hanyalah hiburan. Jelaskan pula game bukanlah pusat kehidupannya. Orang tua perlu memaparkan kepadanya, pada usia sekarang ini, kemenangan di kehidupan nyata, lebih penting. Seperti mendapatkan nilai bagus atau mendapatkan uang.

  • Tetapkan waktu bermain yang wajar.

Orang tua juga harus tegas dalam menangani anak yang sudah kecanduan bermain game. Katakan ia boleh bermain setidaknya satu jam pada saat hari sekolah. Perbolehkan ia bermain dua hingga tiga jam total pada saat hari libur. Hal ini masih dianggap wajar sebagai rentang waktu anak dalam bermain.

  • Berikan game sebagai reward.

Orang tua bisa mulai membiasakan anak bermain game saat ia mendapatkan nilai sesuai kesepakatan. Atau bisa juga saat ia sudah selesai melakukan semua tugasnya dalam pekerjaan rumah, atau selesai membantu pekerjaan. Jika hal itu dilanggar, tegaskan ia hanya boleh bermain game pada saat akhir minggu misalnya. Atau kurangi jamnya jika ia melanggar peraturan.

  • Bantu anak mengingat waktu serta membatasinya.

Game seperti ini biasanya didesain agar pemainnya memang melupakan waktu dan tenggelam di dalamnya. Tuntutannya untuk mengejar level misalnya, bisa jadi membuat pemainnya merasa baru satu jam bermain, padahal ia telah menghabiskan waktu tiga jam. Jadi, bisa saja si Anak memang lupa dengan perjanjian rentang waktu yang telah disepakati bersama. Orang tua bisa mengingatkan si Anak seberapa lama ia telah bermain.

  • Letakkan komputer di tempat yang terlihat.

Jangan biarkan komputer berada di kamarnya. Letakkan komputer di ruang keluarga misalnya. Atau di sudut rumah tempat semua orang bisa melihat komputer tersebut. Dengan demikian anak akan sadar bahwa ia selalu berada dalam pengawasan orang lain. Orang tua juga bisa lebih mudah mengingatkannya jika ia terlalu tenggelam dalam permainannya.

  • Kenalkan anak pada kegiatan yang menyenangkan.

Agar perhatiannya teralih dari game, cobalah mengenalkan anak pada kegiatan lain. Misalnya kegiatan olahraga seperti masuk ke dalam klub renang, bermain bola. Atau ajak ia bermain sepeda dan berlari.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (4/8/2021) yang menghadirkan pembicara Meitha Kurniasari (Key Opinian Leader), Erna Eriana (CEO Cleopatra Extra Wija), Addin Aditya (Dosen STIKI Malang), dan Realdy Rafil Ruspanji (Small Business Owner).

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply