Lifestyle

Interaksi Sosial Lebih Didominasi Peran Media Sosial

WARTAEVENT.COM, Kab. Sampang – Fenomena perubahan interaksi sosial akibat perkembangan dunia digital. Keterbukaan informasi di dunia digital ini pun ikut mempengaruhi nilai dan norma dasar budaya Indonesia, di mana Indonesia sempat mendapat predikat sebagai netizen paling tidak sopan karena budaya digitalnya yang parah.

Menurut Agus Latif, Konsultan Industri Kecil dan Menengah dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Selasa (22/6/2021), perubahan kultur budaya interaksi tahun 2000an awal adalah interaksi sosial masyarakat dinamis antarsatu dengan lainnya. Dimana budaya menyapa satu dengan yang lain dan komunikasi dua arah secara langsung sangat terbentuk di lingkungan masyarakat.

“Sedangkan era digital, interaksi sosial lebih dominan dengan peran media sosial. Sehingga menghasilkan jarak yang semakin jauh antara satu dengan lainnya di dunia nyata. Namun sisi lain mendekatnya interaksi antarindividu meskipun lokasi yang sulit terjangkau,” kata Agus.

Perubahan itu diperkuat data aktivitas digital di Indonesia 196,71 juta jiwa pengguna internet, dimana YouTube menjadi yang sering dikunjungi sebesar 93% dilanjutkan Facebook sebesar 89% dan WhatsApp 87%.

“Hal itu membuktikan anak-anak hingga orang tua memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memperlihatkan eksistensi mereka dan hilangnya rasa malu yang diajarkan orang tua kita dulu, karena sekarang orang bisa berekspresi lepas seperti berjoget,” ujarnya.

Interaksi sosial di ranah daring juga rawan dengan anonimitas yang bisa mengarah pada mentalitas tidak bertanggung jawab. Perhatikan juga dan berhati-hati dengan algoritma media sosial. Sebab menciptakan gelembung yang tidak terlihat dan memisahkan seseorang dari sudut pandang yang berlawanan dengannya. Sehingga seseorang bisa terisolasi secara intelektual dan hanya mendapat informasi dari pihak yang sepahaman.

“Jangan hanya mengandalkan interaksi sosial di dunia digital, kita harus tetap berinteraksi dengan dunia nyata,” tutur Agus.

Ia menerangkan, masyarakat untuk menanamkan pluralism daring, dimana pemahaman kemajemukan masyarakat Indonesia dan perbedaan pendapat merupakan hal biasa. Di sisi positif dalam bersosial media setiap orang hendaknya manfaatkannya untuk meningkatkan sosial capital, menambah jejaring, berpartisipasi untuk misi sosial baik, serta untuk meningkatkan kepercayaan dengan publik dengan personal branding.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Wilayah Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Selasa (22/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Musaiyana (Founder Sampang Young Inspiration), Fendi Agus Syaputra (Founder Komunitas Yuk Baca dan Owner Bang Pen Clothing), Arif Rahman, (Co-Founder Akubank College), dan Key Opinion Leader Mohammad Syuitonil Ichsan (Ketua VSCO Indonesia).

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply