Literasi Digital Menciptakan Pola Pikir Kewirausahaan Berbasis Online
WARTAEVENT.com, Kab. Malang – Banyaknya UMKM bergabung di e-commerce, marketplace, online shop, e-wallet bahkan sampai pinjaman online menjadikan ranah jual beli di internet ini semakin marak dan menantang.
Kewirausahaan dalam ruang usaha digital menjadi pokok bahasan yang disampaikan Rinda Astusi, CEO PT Saundra Bintang Agrindo dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (16/6/2021) pagi. Dalam pemaparannya ia menjelaskan banyak hal termasuk apa yang harus diperhatikan dalam menjalankan usaha digital.
Kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dilakukan berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberikan manfaatkan, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain. UMKM alias (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) pun ada tingkatannya tergantung dari jumlah omset. Mulai dari usaha pemula dengan omset Rp 0 – 5 juta, ultra mikro omset Rp 5 – 15 juta, usaha mikro Rp 15 – 25 juta, usaha kecil Rp 25 – 200jt, dan usaha menengah dengan omset Rp 200 juta – Rp 4,5 miliar.
“Ada beberapa tahapan menjadi wirausaha digital yang cakap. Pertama mau belajar online. Mengubah mindset, biasanya yang datang ke saya mengeluh gaptek. Gaptek nggak ada hubungannya dengan digital. Gaptek itu mitos. Pelaku usaha harus mengubah mindset pasti bisa kalau mau,” jelas Rinda.
Kedua adalah mentoring online, dalam proses pembelajaran UMKM perlu pendampingan untuk strategi pengembangan usaha juga pemasaran. Ketiga pantauan omset online, analisa strategi yang telah ditetapkan bagaimana dampaknya ke omset usaha. Keempat strategi pemasaran, kita memilih media sosial mana untuk berjualan dan bagaimana strateginya. Terakhir akses pendanaan online, UMKM harus menyiapkan dana khusus untuk promo digital.
Ia pun menyebutkan ciri-ciri orang berjiwa wirausaha yaitu berani, kreatif, semangat, kemauan, analitik, berjiwa kepemimpinan, modal, dan profesional. Kondisi UMKM kini juga ikut menjadi new normal. Cara menghasilkan uang sudah berubah.
“Ciptakan dulu mental dan pola pikir kewirausahaan digital. Kenapa harus digital? Modal dan risiko minim, buka 24 jam, konsumen tidak terbatas, kebiasaan masyarakat sudah berubah, mudah interaksi dengan konsumen, data base konsumen untuk retargeting / meningkatkan penjualan,” jelasnya..
Ulasan Rinda ini didukung pemaparan Puspo Hudyatmoko,S.TO, Asesor Kompetensi & Digital Marketing at Namoko Creative yang bicara tentang dompet digital alias e-wallet. Di era digital ini, orang akan kalut jika tertinggal ponsel ketimbang dompet. Karena dalam ponsel kini telah tersedia berbagai media perbankan dan dompet digital seperti Gopay, OVO, Dana, Shopee Pay, LinkAja dan sejenisnya. Orang menyukainnya karena banyak hal positif dari e-wallet seperti terhindar dari uang palsu, transaksi lebih cepat dan efektif, terhindar virus, dan riwayat transaksi lengkap.
“Tapi ada berapa tips dan trik yang harus dilakukan. Seperti memastikan menggunakan aplikasi berizin, mengikuti SOP yang ada, memprioritaskan kebenaran data dan nama merchant, menghubungi call centre jika ada masalah, bijak dalam menggunakan e-wallet,” tutup Puspo.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (16/6/2021) pagi ini juga menghadirkan pembicara Syaifuddin, s.Kom.,CEH (Dosen Prodi Teknik Informatikan Univ Muhammadiyah Malang), Ratri Novita Erdianti, SH.,MH (Ketua Prodi Ilmi Hukum Univ Muhammadiyah Malang), dan Key Opinion Leader Wanda Aprilian Alfenta yang juga seorang Make Up Artist.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.