Pekerjaan Yang Lahir Di Era Digital, Yang Tak Terbayangkan Sebelumnya
WARTAEVENT.com – Sampang. Internet, sebagai salah satu bagian dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, telah menjadikan informasi saat ini bukan lagi monopoli segelintir individu atau segelintir kelompok. Siapa pun, sepanjang memiliki akses internet, bisa melahap informasi tanpa batas.
Hasil riset yang dilakukan oleh WeAreSocial & Hotsuite, dan dirilis pada Januari 2020 lalu, menyebut bahwa jumlah penguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang, meningkat sekitar 17 persen atau sekitar 25 juta dari tahun sebelumnya.
Lebih jauh, hasil riset tersebut menyebutkan pula sebesar 96 persen pengguna internet di Indonesia sudah menggunakan perangkat telepon pintar (smartphone). Rata-rata orang Indonesia menghabiskan empat jam 46 menit tiap hari untuk berselancar di internet. Adapun pengguna aktif media sosial (medsos) di Indonesia mencapai 160 juta dengan penetrasi 59 persen dari total populasi.
Dayang Melati, Entrepreneur Digital Marketing dan Branding Strategist, menjelaskan, akibat kemajuan di bidang teknologi digital, jutaan posisi pekerjaan konvensional bakal menghilang di masa depan.
“Hilangnya pekerjaan-pekerjaan tertentu pada gilirannya akan pula melahirkan jenis-jenis pekerjaan baru yang tidak pernah ada dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya seperti buzzer maupun influencer,” ungkap Dayang, saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Jumat (16/7/2021).
Ia mengatakan, buzzer sering diartikan sebagai pendengung. Dalam hal ini, orang yang mendengungkan sesuatu dengan tujuan antara menarik perhatian dan mengubah persepsi khalayak. Adapun influencer adalah mereka yang mempengaruhi.
“Lewat konten-konten yang diunggahnya di medsos, misalnya, influencer mempengaruhi khalayak mengenai sesuatu hal. Buzzer maupun influencer dapat dimanfaatkan untuk mengkampanyekan, mempromosikan atau mensosialisasikan agenda atau program tertentu dari sebuah kelompok maupun institusi,” ujarnya.
Dayang menjelaskan, mereka yang menjadi buzzer maupun influencer biasanya memiliki pengikut (follower) dalam jumlah yang besar. Untuk segala jerih payahnya, buzzer dan influencer mungkin saja mendapat imbalan atau bayaran.
“Tinggi-rendahnya bayaran tentu tergantung kesepakatan dari masing-masing pihak yang terlibat kerjasama,” ucapnya.
Lanjutnya, biasanya buzzer maupun influencer menggunakan atau memanfaatkan media social untuk menghasilkan fulus alias duit. “Meskipun dapat menjadi mesin uang, mestinya setiap pengguna medsos, termasuk yang berprofesi sebagai buzzer maupun influencer, memiliki kemampuan dalam memilah mana yang bagus dan bermanfaat untuk disajikan buat khalayak dan mana yang tidak bagus dan tidak bermanfaat bagi khalayak,” paparnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi wilayah Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Jumat (16/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Habibi (Direktur PT. Media Tama Nusantara), Agus Latif (Konsultan Industri Kecil dan Menengah), Aryo Hendarto (Founder and CEO Sajiwa), dan Fanan Agsoni (Key Opinion Leader & Tim Kreatif Explore Madura).
Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)