News

Tantangan Pariwisata Terberat Justru Datang Dari Negara Tetangga

Wartaevent.com, Bandung- Road to Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2018 yang digelar Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) menjadi event pembuka menuju seminar Internasional Indonesia Tourism Outlook 2018, yang akan berlangsung November nanti. Road to ITO 2018 mengambil tema ” Deregulasi di Era Cyber Tourism”  mengawali gagasan tentang tantangan Pariwisata 2019 di era transformasi digital. Dikatakan oleh Edy Wardoyo, Sekertaris Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, era Presiden Jokowi Pariwisata menjadi core bisnis yang sangat menjajikan. Nilai devisanya saja menyaingi devisa minyak sawit CPO.

Sejak tahun 2015 pertumbuhan di negara berkembang termasuk Indonesia mengungguli negara maju termasuk Eropa sekaligus, pertumbuhan wisman ke negara berkembang 2 kali lebih cepat dibandingkan negara maju.

Tenaga Ahli Menteri Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata sekaligus Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana I Gde Pitana mengatakan, prospek cerah pariwisata 2019 yang diperlihatkan dengan trafik travel propensity dan didukung oleh kondisi makro dan mikro ekonomi yang baik. Menjadi Pasar yang diperebutkan.

“Sebagai contoh pasar India dengan jumlah penduduk 1,3 miliar, memiliki outbound (orang yang berwisata ke luar negeri) sebanyak 13,2 juta, sedangkan China dengan total penduduk 1,5 miliar angka outbound-nya sebesar 117 juta.Kedua negara ini masing-masing mempunyai pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 6,8% dan 6,7%.

“Negara anggota ASEAN yang diapit oleh India dan China sebagai dua negara pasar pariwisata terbesar ini diperebutkan oleh negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia. Ini menjadi tantangan terbesar bagaimana memperebutkan pasar tersebut,” kata I Gde Pitana sekaligus menambahkan persaingan sangat ketat terutama dalam merebut wisatawan milinial dengan strategi promosi digital yang bergerak cepat.

Lima  Kondisi Menjadi Perhatian
I Gde Pitana saat memaparkan pada event Road to ITO 2018 yang digelar di Kampus STP Bandung (9/10), Ia hanya memberikan frame work yang bisa dijadikan indikator untuk meneropong pariwisata ke depan.

Setidaknya dengan melihat bagaimana source di sumber-sumber wisman,   transitory, dan destination. Bagaimana source masing-masing pasar,   termasuk travel propensity yang dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara. Juga kesiapan destinasi pariwisata di dalam negeri.

Ini menjadi PR bagi media yang tergabung dalam Forwapar untuk menggali data termasuk dari nara sumber pembicara asing yang akan dihadirkan dalam seminar internasional ITO 2019 nanti.