WARTAEVENT.com – Jakarta. Tanggal 27 Mei 2025 menandai 27 tahun sejak Presiden Soeharto mengundurkan diri dan mengakhiri rezim Orde Baru. Kejatuhan ini membuka jalan bagi Era Reformasi yang menjanjikan perubahan besar dalam demokrasi, keadilan sosial, dan tata Kelola pemerintahan.
Namun setelah lebih dari dua decade, muncul pertanyaan penting : Apakah semangat reformasi masih hidup atau sudah memudar?.
Baca Juga : Lawatan Perdana Presiden Prabowo: Sukses dan Sarat Makna
Reformasi 1998 bukan hanya soal pergantian presiden. Ia lahir dari keingingan kolektif rakyat untuk membangun tatanan negara yang lebih adil,demokratis, dan bebas dari korupsi, kolusi , serta nepotisme (KKN). Dalam masa-masa awal Reformasi, berbagai kemajuan memang mulai terlihat.
Rakyat di beri hak untuk memilih presiden secara langsung, partai-partai politik bermunculan, dan media massa mulai menikmati kebebasan setelah puluhan tahun dibungkam.
Baca Juga : Apresiasi Jerman Terhadap Kepemimpinan Indonesia di Kawasan Indo-Pasifik
Otonomi daerah menjadi Langkah penting dalam mendekatkan kebijakan public dengan rakyat di Tingkat lokal. Di saat yang sama, Masyarakat sipil mulai tumuh kuat, organisasi non- pemerintah, aktivis HAM, serta komunitas-komunitas advokasi muncul sebagai bagian penting dari demokrasi yang berkembang.
Tantangan Masa Depan: Menyalakan Kembali Semangat Reformasi
Reformasi adalah proses, bukan tujuan akhir. Ia bukan hanya sekadar pergantian pemimpin atau sistem pemerintahan, melainkan perubahan pola pikir, budaya politik, serta sistem hukum yang berpihak pada rakyat.
Setelah 27 tahun, semangat itu tampaknya butuh disegarkan kembali. Masyarakat perlu diajak kembali berpikir kritis dan aktif mengawasi kekuasaan.
Baca Juga : Ini Bahasan Utama dalam ASEAN Senior Officials Meeting di KTT ASEAN 2023
Generasi muda, yang mungkin tidak mengalami langsung masa Orde Baru, perlu dikenalkan pada sejarah perjuangan Reformasi, agar mereka sadar betapa mahalnya harga yang dibayar untuk kebebasan yang kini dinikmati.
Tanpa pelibatan publik yang kuat, demokrasi akan mudah dibajak oleh elite-elite politik yang hanya mengejar kekuasaan.
Baca Juga : Menlu Retno: Hasil KTT ASEAN 2023 Dipastikan Konkret dan Bermanfaat
Reformasi belum sepenuhnya berakhir, tetapi perlu dibangkitkan Kembali. Generasi hari ini memikul tanggung jawab besar untuk menjaga semangat perubahan yang di perjuangkan di tahun 1998 agar tidak padam.
Perubahan sejati tidak cukup berhenti di pergantian pemimpin, tetapi harus tercermin dalam sistem, nilai, dan budaya politik yang sehat. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Wartamedia Network WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029Vb6hTttLSmbSBkhohb1J Pastikan kalian sudah install aplikasi WhatsApp ya.
- Penulis : Muhammad Rizqi Ashari – Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Ilmu Komunikasi
- Sumber : Pursuit
- Photo Utama : bbc.com/indonesia
- Disclaimer : Tulisan di Luar Tanggung Jawab Media