News

12% Dari Total Website Mengandung Unsur Pornografi

WARTAEVENT.COM, Kab. Magetan – Pornografi berasal dari Bahasa Yunani pornographia secara harfiah berarti tulisan atau gambar tentang pelacur. Bentuk-bentuk pornografi bisa dengan media teks ataupun lisan, termasuk gambar, animasi, dan suara seperti bernapas tersenggal-senggal.

Sementara Undang-undang Pornografi tahun 2008 menyebutkan pornografi bisa tersaji dalam gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya. Hj. Titik Sudarti S.Pd.,M.Pd, Ketua Tim Penggerak PKK Kab Magetan & Bunda Literasi Kab Magetan memaparkan tentang pornografi yang mempengaruhi anak lewat internet dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Jumat (2/7/2021).

Data menyebutkan konsumsi pornografi pada laki 94.6% dan perempuan 74.4%. Sementara pria sudah terpapar pada usia 14.4 tahun sementara wanita 16,1 tahun. Data Supriati dan Fikawati (2009) menyebutkan sebanyak 83% dari 395 anak SMP telah terpapar pornografi.

Ada sebanyak 420 juta halaman di internet dan 12% dari total website mengandung unsur pornografi. Sebanyak 80% anak usia 15 – 17 tahun mengakses pornografi. Konten porno 90% dibuat oleh mahasiswa dan pelajar sementara tren pelakunya semakin muda.

“Pornografi tumbuh karena banyak hal. Seperti perkembangan teknologi informasi komunikasi, keterbukaan politik, perubahan budaya, ketiadaan penegakan hukum, juga nilai ekonomi. Karena banyak faktor sehingga ini bisa berbahaya sekali terutama bagi anak-anak,” jelas Titik.

Tanda-tanda ketika anak sudah terpapar atau kecanduan pornografi yaitu suka menyendiri, bicara tidak melihat mata lawan bicara, prestasi di sekolah menurun, suka bicara jorok, berlaku jorok menarik tali bra menyenggol dengan sengaja, dan banyak buang air kecil. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

“Penanganan adiksi pornografi ini kebanyakan berbasis otak karena memang mereka merusak otak. Pertama menghindari pemicu adiksi seperti menonton video, game, junk food, gambling, medsos, acara TV. Mulai dikurangi dan dijauhkan,” tuturnya.

Lalu mulai mengalihkan dengan pelajari hal baru terkait hobi, ide kreatif dan hal yang bertujuan daripada sekadar pemuasan jangka pendek. Misalkan diskusi dengan orang lain, setting ruang kerja, berkunjung ke keluarga, banyak komunikasi dengan orang secara langsung.

Penguatan fungsi eksekutif seperti pendidikan berbasis agama, beribadah, zikir, dan relaksasi akan mengoptimalkan kerja otak frontal sebagai fungsi kontrol diri. Orang tua juga harus menjadi model yang baik bagi anak.

Membantu anak meningkatkan regulasi diri dan tingkah laku prososial. Bersikap hangat dan suportif, membangun hubungan yang responsif, membantu anak memahami perasaan orang lain, dan menggunakan logika dan persuasi agar anak mau mengikuti aturan. Mencontohkan perilaku peduli dan perhatian pada orang lain.

Melibatkan remaja dalam pengambilan keputusan. Remaja dengan orang tua yang menekankan kontrol dan menolak mendengar pendapat anak, cenderung menjadi sangat berorientasi pada teman sebaya.

Mengatasi stres yang muncul memungkinkan kambuh kembali. Exercise sebagai beneficial stressor dan mood regular, peningkatan dopamin, meningkatkan percaya diri, fitness dan perbaikan fungsi seksual. Rekresasi dan menikmati alam bisa memunculkan kreativitas, insight dan pemecahan masalah. Bisa juga sekadar berjalan di taman kota. Sosialisasi dengan lingkungan yang baik karena isolasi membuat kita tertekan

“Tips lain untuk orang tua dan pengajar, pahami keunikan perkembangan remaja, komunikatif efektif dua arah dipupuk sejak dini. Buat kontrak pemakaian internet dengan anak, buat sistem hadiah yang efektif. Yang juga penting adalah pemilihan lingkungan sosial dan pendidikan yang baik. Karena saat kita memilih sekolah anak artinya kita membeli juga lingkungannya,” jelas Titik.

Sebagai penutup ia menjelaskan, pengaruh pornografi sangat sulit dihindari zaman sekarang ini. Dengan smartphone anak merasa sudah menguasai dunia. Kita minimalkan dengan berbagai upaya kreatif disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Jumat (2/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Pipit Andriani (International Debate & Public Speaking Coach), Arief Suswanto S.Ag.,M.Pd.I (Guru MAN 2 Magetan), Dara Nasution (Master of Public Policy Oxford University), dan Key Opinion Leader Alifa Anggrayni.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply