EventLifestyle

Jazz Atas Awan: Ada Ruang Rindu di Dieng

Warta Event – Banjarnegara. Salah satu sajian menarik di malam pamungkas Jazz Atas Awan yaitu Senandung Atas Awan. Menjadi sesuatu yang menarik, karena pihak penyelenggara menghadirkan mysterious guestke para pengunjung Jazz Atas Awan pada Sabtu Malam (4/08/2018) lalu.

Bahkan Trio MC yang digawangi oleh Anang Batas malam itu pun, menyimpan rapat-rapat siapa sosok, bang, dan musisi yang menjadi mysterious guestmalam itu. “Oleh karena saya tidak kenal grup band yang satu ini. Dan Grup band ini pun tidak mau memperkenalkan diri ke saya, maka kita tunggu saja siapa gerangan yang akan setelah ini,” ungkap Anang Batas.

Kejutan dari mysterious guestyang disuguhkan oleh pihak penyelenggara memang di luar dugaan para pengunjung Jazz Atas Awan malam itu. Dengan berbalut udara dingin hingga 5 derajat, malam itu mendadak menjadi hangat setelah Noe, vokalis dari grup band Letto langsung menyapa para pengunjung. Sontak, para pengunjung pun histeris. Lettp.!!!!

“Malam ini adalah konser musik pertama saya yang tidak mandi. Bagaimana mau mandi, wong udaranya dingin sekali. Meski demikian, aura ganteng saya tetap terpancar,” Noe melontar lelucon kepara pengunjung yang masih terlihat histeris.

Ini menjadi mafhum. Pasalnya, Letto sudah terlalu lama vakum diblantika musik Indonesia. Tapi malam itu, Letto tampil sangat memukau para pengunjung dengan lagu-lagu hits-nya terdahulu. Ada semacam ruang rindu yang selama ini hilang dari telinga penikmat musik.

Minggu malam itu, memang sangat terkesan menjadi senandung rindu bagi para pengunjung dan wisatawan yang datang ke Dieng. Dan Letto pun meski lama tidak manggung toh tidak mengurangi sedikit pun performa mereka saat menyuguhkan musikalitas mereka.

Area panggung Jazz Atas Awan di Kompleks Candi Arjuna begitu sesak oleh pengunjung. Meskipun hawa dingin menyergap mereka. Tampilan ciamik Letto malam itu memang mampu menghangatkan kerinduan para penggemarnya. Diawali dengan lagu “Permintaan Hati”, Letto mulai membius para pengunjung. Tanpa dikomando, lagu syahdu itu langsung disambut secara kooroleh para pengunjung.

Pengunjung pun semakin terbawa suasana manakala Noe mengajak para pengunjung untuk menyanyi bersamanya di atas panggung. “Ini sebuah bukti, bahwa musik itu milik semua kalangan, tidak ada sekat diantaranya. Dan semua genre musik pun tetap enak di telinga kita,” pungkas Noe, seraya menyanyikan lagu Gundul-Gundul Pacul dalam versi keroncong, rock, dangdut hingga langgam jawa. [Fatkhurrohim]